TEMPO.CO, Karanganyar - Petani bawang putih di Dusun Pancot, Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, mulai menanam bawang putih terhitung sejak awal April ini. Kebanyakan petani mulai menanam akhir April hingga Mei dan panen empat bulan kemudian.
"Pengalaman tahun lalu, ada petani yang mulai menanam akhir Maret dan awal April. Ketika panen, harga bawang putih tinggi karena belum ada petani yang panen," kata Ketua Gabungan Kelompok Tani Ngudi Rejeki di Dusun Pancot, Bejo Supriyanto ketika ditemui Tempo di kediamannya, kemarin.
Meski sudah ada yang mulai menanam bawang putih, menurut Bejo, lahan yang sudah ditanami tak sampai 10 persen. "Baru lahan miring yang ditanami karena masih musim hujan. Padahal, bawang putih dikenal sebagai tanaman yang tidak tahan kondisi lembab. " Kalau di lahan miring air gampang mengalir," katanya. Diperkirakan penanaman bawang putih besar-besaran baru dimulai pada akhir April hingga pertengahan Mei.
Menurut Bejo, 250 petani bawang putih di Pancot yang merupakan salah satu sentra penghasil bawang putih di Karanganyar sangat bersemangat menanam bawang. Sebab, saat ini harga bawang putih tengah tinggi. Harapannya, saat panen nanti harga bawang putih tidak anjlok. "Meski tidak tahu saat panen nanti harganya jadi berapa, petani tidak peduli. Yang penting sekarang menanam dulu," ujarnya.
Salah seorang petani, Suyono, mengatakan akan segera beralih menanam bawang putih setelah musim panen wortelnya usai. "Saya punya lahan dua ribu meter persegi. Tapi baru 400 meter persegi yang ditanami bawang putih," katanya.
Mengingat kini harga bawang putih tengah tinggi, dia berencana menambah area penanaman bawang putih. "Semoga saat panen nanti, harga tidak jatuh," ujar Suyono. Dia pernah mengalami satu kilogram bawang putih hanya dihargai Rp 3 ribu. Saat itu bawang putih impor membanjiri pasaran sehingga harganya jatuh. "Saya berharap tidak banyak bawang putih impor."
Namun, selain soal harga jual, petani juga khawatir dengan harga bibit yang mahal. Saat ini harga bibit bawang putih Rp 35 ribu per kilogram padahal sebelumnya hanya Rp 20 ribu per kilogram. Untuk setiap 100 meter persegi lahan, dibutuhkan 10-12 kilogram bibit.
UKKY PRIMARTANTYO