TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden bagian Keuangan dan Investasi Siam Cement Group (SCG), Chaovalith Ekabut, mengatakan hambatan terbesar berinvestasi di Indonesia adalah pembebasan lahan.
"Kami tidak memiliki masalah dengan birokrasi pemerintahan, tapi proses pembebasan lahan sungguh sulit di Indonesia," katanya di Hotel Kempinsky, Jakarta, Rabu, 27 Februari 2013.
SCG baru saja merampungkan proses pembebasan lahan untuk pembangunan pabrik semen baru di Sukabumi, Jawa Barat. Tahun ini, setelah proses pembebasan lahan selesai, pembangunan pabrik dengan nilai investasi US$ 365 juta akan dimulai.
Chaovalith mengatakan, dalam menyelesaikan sulitnya masalah pembebasan lahan, SCG berkomitmen untuk menempuh aturan pemerintah yang berlaku. Menurut dia, masalah pembebasan lahan hanya bisa diatasi dengan berpegang pada aturan yang berlaku.
Kenaikan upah minimum regional justru dinilai tidak menjadi hambatan bagi perusahaan untuk berkembang. Menurut Chaovalit, besaran upah di Indonesia masih sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Thailand. "Jadi, dengan perusahaan kami yang memprioritaskan teknologi tinggi, kenaikan upah tidak menghambat pertumbuhan," katanya.
Akan tetapi, Chaovalit menyoroti kenaikan besaran upah yang terjadi di Indonesia. Menurut dia, kenaikan upah di Indonesia masih menyisakan masalah karena tingkat pengangguran yang masih terbilang tinggi. Ia membandingkan kenaikan upah di Indonesia dan Thailand. Menurut dia, upah yang besar di Thailand disebabkan karena tingkat pengangguran mencapai 1 persen. "Tapi di Indonesia masih 6-7 persen. Jadi, masih banyak orang yang mencari pekerjaan," katanya.
Kenaikan upah di Thailand, kata Chaovalit, disebabkan karena fokus kebijakan pemerintah memang ingin berfokus pada industri non-padat karya. "Tapi di Indonesia jumlah penduduk masih banyak dan tingkat pengangguran masih di atas 1 persen, jadi harus dipikirkan arah kebijakan kenaikan upah ini," katanya.
Terlepas dari masalah pembebasan lahan dan protes yang masih terus terjadi karena kenaikan upah buruh, SCG tetap melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial. Menurut dia, kekuatan ekonomi Indonesia adalah salah satu yang terbesar di kawasan Asean. "Kami tentu sangat tertarik berinvestasi di Indonesia," katanya.
Potensi pasar yang dimaksud Chaovalit adalah kebutuhan semen Indonesia yang tahun lalu mencapai 54 juta ton per tahun. "Jumlah ini pun akan terus meningkat," katanya. Konsumsi semen per kapita Indonesia mencapai 200-300 kg per tahun sementara di Thailand konsumsi semen per kapita mencapai 500 kg per tahun. Ia memperkirakan ruang untuk pertumbuhan konsumsi semen masih terus meningkat.
Total investasi SCG di Indonesia pada 2012 mencapai US$532 juta. Investasi tahun lalu terdiri dari pembangunan pabrik beton ringan baru dengan nilai US$ 41 juta, akuisisi bisnis beton siap pakai senilai US$135 juta dan pembangunan pabrik semen di Sukabumi senilai US$ 356 juta.
ANANDA TERESIA
Berita Bisnis Terpopuler:
Kurator Diminta Cermati Harta Pailit Batavia Air
Pemerintah Ingin Perbaiki Semua Jalan pada 2014
Asosiasi Ponsel Dukung Pabrik Samsung
Bergerak Tenang, Rupiah Hanya Melemah Tipis 1 Poin
Daerah Hijau Hulu Ciliwung Tinggal 3 persen