TEMPO.CO, Tuban - Pemerintah optimistis dalam beberapa bulan ke depan harga daging sapi nasional dan di DKI Jakarta akan turun. Pemerintah bahkan meyakinkan penurunan harga daging sapi ini bukan disebabkan penambahan impor.
Direktur Budi Daya Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Fauzi Luthan, mengatakan, tahun ini pemerintah tidak berencana menambah kuota impor daging beku maupun sapi bakalan. "Harga naik bukan karena tidak ada suplai di dalam negeri, tapi perdagangannya saja yang belum tertata baik," kata Fauzi Luthan seusai mengunjungi usaha pembibitan sapi milik peternak, di Tuban, Jawa Timur, Sabtu malam, 23 Februari 2013.
Fauzi menyatakan, peternak sudah mulai banyak yang melakukan usaha pembibitan dan penggemukan sapi. Namun, peternak kesulitan untuk mendistribusikannya ke luar daerah. “Memang sudah ada beberapa peternak yang bekerja sama langsung dengan konsumen dari Jakarta dan sekitarnya. Salah satunya peternak di Jawa Timur.”
Peternak pembibitan dan penggemukan sapi di Jawa Timur, Joko Utomo, mengatakan, dirinya memiliki usaha pembibitan sapi sebanyak 700 ekor dan 2.000 ekor usaha penggemukan sapi. Ia mengaku berani masuk ke dalam usaha ternak sapi karena mampu mencari alternatif untuk menekan biaya pakan.
"Kami manfaatkan limbah-limbah seperti kulit kopi, kulit kacang, onggok, sehingga lebih murah, tidak sampai Rp 1.000 per kilogram," ucapnya.
Dari usaha ternak inilah, mulai Maret mendatang, ia mencoba mengirim karkas kepada asosiasi pedagang daging di Jakarta. Joko sudah menjalin kerja sama dengan Asosiasi Pengolahan Daging Skala UKM dan Rumah Tangga (Aspedata) untuk menyuplai karkas.
"Tadinya kami hanya jual sapi saja kepada pembeli. Tapi karena biaya angkut sapi mahal, kami akan coba potong di sini dan jual karkas." Menurut ia, biaya angkut sapi ke luar provinsi sekitar Rp 450 per kilogram bobot hidup sapi. Sapi yang boleh dikirim ke luar Jawa Timur minimal berbobot 400 kilogram.
Kerja sama dengan Aspedata akan dilakukan pada 1 Maret mendatang dengan pengiriman karkas sebanyak 1 kontainer atau seberat 10-15 ton. Aspedata telah sepakat akan membeli karkas seharga Rp 70 ribu per kilogram, meski biaya transportasi tetap ditanggung Joko.
Fauzi Luthan menambahkan, dengan memperbanyak kerja sama seperti itu, ia optimistis harga daging di sentra konsumsi seperti DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat bisa turun perlahan. Ia memperkirakan harga daging akan berangsur turun hingga ke angka Rp 80-85 ribu per kilogram di pasar.
"Selain itu, beberapa peternak di beberapa provinsi juga sudah menyatakan siap mengirim sapi ke Jakarta. Pak Joko sendiri mengaku sanggup mengirim 50 ekor sapi per hari ke Jakarta, asal pembayaran lancar," kata Fauzi.
Ke depan, Fauzi menambahkan, pemerintah akan terus mendorong peternak sapi lokal untuk mengikuti jejak Joko. Pemerintah mengaku akan memfasilitasi para peternak lokal untuk bekerja sama langsung dengan pengusaha daging.
Pemerintah juga meminta peternak lokal untuk memanfaatkan berbagai program kredit untuk memperbesar usaha dan menambah populasi sapi. Pemerintah memiliki beberapa program kredit yang bisa dimanfaatkan para peternak, di antaranya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), maupun Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).
Untuk KKPE, tahun ini pemerintah menargetkan Rp 2 triliun atau naik dibandingkan pencairan tahun lalu yang jumlahnya Rp 1,9 triliun. Sedangkan untuk PMUK, tiap kelompok (minimal 10 orang) bisa mendapat kredit Rp 300 juta.
Jawa Timur merupakan sentra populasi sapi terbanyak. Populasi sapi di Jawa Timur sebanyak 4,5 juta ekor. "Jawa Timur menyumbang sekitar 25 persen dari total populasi sapi nasional yang banyaknya 16,8 juta ekor," ujar Fauzi.
ROSALINA