TEMPO.CO, Jakarta - Perajin tahu-tempe kembali mendesak pemerintah untk segera menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) kedelai. Pasalnya, sejak awal tahun ini, harga kedelai terus merangkak naik.
"Kalau sampai akhir bulan ini HPP belum juga ditetapkan dan harga masih tetap tinggi, kami akan mengadakan mogok produksi," kata Ketua II Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), Sutaryo, Selasa, 19 Februari 2013.
Mogok produksi tahu-tempe sebelumnya pernah dilakukan oleh perajin yang mayoritas berada di Jawa pada 25-27 Juli, tahun lalu. Saat itu, para perajin tersebut merasa rugi, sebab harga kedelai impor yang menjadi bahan baku produksi mereka melambung tinggi.
Kini hal yang hampir sama terulang kembali. Musim dingin yang terjadi di Amerika Serikat, tempat asal kedelai impor Indonesia, menyebabkan harganya terus merangkak.
Sutaryo mengatakan awal Januari lalu harga kedelai impor di Jakarta masih sekitar Rp 7.300 hingga Rp 7.500 per kilogram. Saat ini, di Jakarta harganya sudah mencapai sekitar Rp 9.500 per kilogram.
Bukan hanya di Ibu Kota, perajin tahu-tempe di kota-kota lain di Pulau Jawa juga terimpit akibat naiknya harga kedelai. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, hingga kemarin harga kedelai di Bandung sudah mencapai Rp 10 ribu per kilogram. Di Yogyakarta, harga kedelai impor mencapai Rp 8.330 per kilogram dan Surabaya Rp 8.500 per kilogram.
Penetapan HPP, menurut Sutaryo, penting agar petani lebih antusias bertanam dan meningkatkan produksi kedelai sehingga Indonesia tak lagi tergantung pada impor.
Pemerintah sebenarnya telah cukup lama menggodok regulasi soal HPP kedelai itu. Beleid itu akan diterbitkan berupa peraturan presiden dan diperinci dalam peraturan teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Perdagangan.
Selain menetapkan HPP, beleid itu kemungkinan juga akan memberi wewenang pada Perum Bulog untuk turut dalam pengaturan tata niaga kedelai. "Kami dukung itu. Berdayakan Bulog untuk ikut atur tata niaga, melakukan pengadaan, dan menjaga stok," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sempat menyatakan bahwa beleid itu akan segera terbit. "Insya Allah akhir Februari. Permendag akan siap setelah perpres-nya selesai segera," ujarnya, pekan lalu.
Bulog mencatat, produksi kedelai nasional tahun lalu hanya mencapai 779.800 ton. Padahal, jumlah kebutuhannya mencapai 2,48 juta ton, di mana sekitar 1,83 juta ton di antaranya terserap oleh industri tahu dan tempe.
Kekurangan kedelai nasional dipenuhi melalui impor, di mana kedelai impor Amerika telah mendominasi sejak lima tahun terakhir. Indonesia merupakan negara importir kedelai terbesar kedua setelah Cina yang mengimpor 21 juta ton per tahun.
PINGIT ARIA
Baca juga
Dewan: Gubernur Jangan Cuma Kelalang-keliling
Menteri Suswono Dicecar KPK Soal Pertemuan Medan
ICW: Suswono Tinggal Menunggu Giliran