TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas Mutiara Indonesia memperkirakan volume ekspor mutiara budi daya Indonesia tahun ini turun sekitar 20 persen dibanding tahun lalu. Anggota komunitas, Bambang Setiawan, mengatakan, penurunan volume ekspor ini disebabkan oleh sulitnya mendapatkan kerang akibat perubahan ekosistem dan cuaca, juga pencemaran laut. "Tahun ini, ekspor paling hanya 2,5 sampai 3 ton," kata Bambang kepada Tempo, Selasa, 19 Februari 2013.
Setiap tahun, volume ekspor mutiara budi daya Indonesia terus menurun. Pada 2010, ekspor mencapai 3,8 ton, turun menjadi 3,7 ton pada 2011. Lalu kembali turun menjadi 3,5 ton tahun lalu. Padahal, kata Bambang, permintaan mutiara di pasar internasional mencapai 9 ton tiap tahunnya. "Dulu kita menyuplai 50 persen dari permintaan dunia," katanya.
Selain Indonesia, pengekspor mutiara terbesar adalah Australia dan Filipina. Namun, kedua negara tersebut sempat menurunkan produksinya untuk menjaga harga mutiara tetap tinggi. Bambang menambahkan, saat ini, harga mutiara memang mengalami kenaikan 10-15 persen. Harga mutiara budi daya Indonesia sekitar 4.000 yen per momme (3,75 gram). Sedangkan harga mutiara dari Australia dihargai lebih tinggi karena kualitasnya lebih baik, sekitar 8.000 per momme.
Menurut dia, harga mutiara Indonesia menggunakan satuan mata uang Jepang karena mayoritas memang dijual kepada pedagang yang berasal dari Jepang. “Nantinya mereka akan menjual lagi mutiaranya setelah diproses.”
Bambang mengatakan, Indonesia berpeluang mengambil kesempatan untuk mengisi kebutuhan mutiara di pasar dunia. Sebab, di pasar dunia, stok sedang kosong karena Australia sedang mengurangi produksi, termasuk ekspornya, hingga 20 persen.
Sayangnya, kata dia, mutiara budi daya harus bersaing dengan mutiara imitasi yang banyak beredar. Faktor ini juga yang membuat harga mutiara Indonesia sempat jatuh. Karena itulah, pembudidaya mutiara harus meningkatkan kualitas produksi agar harga bisa naik di pasar dunia. “Pada 2010, harga rendah sekali di bawah 3.000 per momme. Harapan saya, tahun ini harga bisa naik di angka 4.500 sampai 5.000 yen per momme,” katanya.
Mutiara budi daya Indonesia grade A dan B selama ini banyak diekspor ke Jepang dan Hong Kong. Sedangkan untuk grade B dan C banyak diekspor ke India dan Cina. Permintaan domestik sendiri hanya 500 kilogram sampai 1 ton mutiara.
ROSALINA
Baca juga
Dewan: Gubernur Jangan Cuma Kelalang-keliling
Menteri Suswono Dicecar KPK Soal Pertemuan Medan
ICW: Suswono Tinggal Menunggu Giliran