TEMPO.CO, Yogyakarta- Pemerintah Kabupaten Kulonprogo tak ingin terlibat polemik lokasi rencana pembangunan bandara baru. Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengatakan polemik yang terus menerus diulas, justru menjadi sesuatu yang kontraproduktif, tak berdampak apa pun bagi pemerintah dan masyarakat. “Persoalan pokoknya, bagi kami kepastian, siapa sebenarnya pemrakarsa pembangunan bandara baru itu, bukan lokasinya,” kata Hasto, di Yogyakarta, Selasa 12 Februari 2013.
Kepastian pemrakarsa itu, kata Hasto, meski rencananya akan dilaksankan PT. Angkasa Pura, namun sampai sekarang belum jelas. “Angkasa Pura mau sendiri atau menggandeng pihak lain. Ini yang lebih penting dan harus segera dipastikan Kementerian Perhubungan,” katanya.
Hasto mengibaratkan, bandara baru yang akan dibangun di Yogyakarta, ibarat seorang gadis cantik yang hendak dipinang. “Mau nikahnya di mana terserah, tapi yang mau menikahi siapa?” katanya.
Perdebatan lokasi pembangunan, selama ini lebih banyak mendominasi ketimbang pembahasan pemrakarsa. Mulai dari lokasi yang diprediksi kuat akan dilakukan di Kulon Progo, lalu berkembang lokasi alternatif di Bantul. Ketidakpastian lokasi itu, dipicu seiring maraknya para spekulan tanah yang membuat harga tanah-tanah di sekitar calon lokasi melambung tak wajar.
Sedangkan rencana pemrakarsa, PT. Angkasa Pura, beberapa kali membatalkan pertemuan dengan Pemerintah DIY. Mulai dari jadwal yang dibuat pada 17 Januari 2013 lalu, hingga sekarang, presentasi perkembangan bandara kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, tak kunjung dilakukan.
PRIBADI WICAKSONO