TEMPO.CO, Jakarta - Pemakaman mewah menjadi tren di Indonesia. Menyusul pembangunan San Diego Hills Memorial Park, pemakaman mewah terbesar di Karawang, Jawa Barat, lima tahun lalu, sejumlah pengembang juga membangun pemakaman mewah sebagai "rumah peristirahatan terakhir" orang-orang kaya di Indonesia.
San Diego dimiliki oleh Lippo Group. Mereka membidik orang-orang dengan pendapatan yang tidak akan pernah habis. Pemakaman seluas 500 hektare ini memiliki fasilitas yang tak kalah dengan kawasan perumahan modern. Ada kolam renang, lintasan lari, restoran Italia papan atas, helipad, dan 8 hektare “danau malaikat” yang dilengkapi dengan perahu dayung.
Pemakaman Giri Tama di Tonjong, Bogor, Lestari Memorial Garden di Karawang, dan Al Azhar Memorial Garden juga di Karawang, mengikuti jejak San Diego. Al Azhar Memorial Garden merupakan pemakaman mewah pertama khusus muslim yang dibentuk Yayasan Al-Azhar. Fasilitas pemakaman ini dilengkapi dengan masjid, arena bermain anak-anak, gedung serbaguna, dan arena food court. Tarif makam seluas 1,5 x 3 meter untuk satu orang sekitar Rp 23 juta, tanpa tambahan biaya perawatan. Tentu lebih tinggi ketimbang biaya pemakaman di taman pemakaman umum milik pemerintah provinsi, yaitu sekitar Rp 6 juta dengan biaya perawatan Rp 50 ribu per bulan.
General Marketing Manager Lestari Memorial Garden, Jeffry Yamin, mengatakan, saat ini masyarakat lebih terbuka membicarakan kematian. “Semua orang pasti mati. Bagaimana jika meninggal dunia 10 atau 20 tahun dari sekarang tapi keluarga tak mampu membeli tanah,” ujarnya. Dia juga menyoroti luas tanah yang semakin sempit dan harga tanah yang terus naik.
Sedangkan Direktur Al Azhar Memorial Garden, Rachmat Effendi Achlil, mengatakan, bisnis pemakaman mewah tak berbeda dengan bisnis properti. “Kami juga membangun lanskap, membangun jalan, jembatan, dan rumah. Rumah ini tentu saja untuk mereka yang telah berpulang."
THE STRAIT TIMES | AFP | AMANDRA MUSTIKA MEGARANI