TEMPO.CO, Makassar - Total ekspor berbagai komoditas Sulawesi Selatan ke berbagai negara sepanjang 2012 dipastikan tak mencapai target. Dari target yang diharapkan, yakni US$ 2,6 miliar, total realisasinya hingga Desember 2012 hanya US$ 1,2 miliar. Ini berarti realisasi ekspor hanya 45 persen dari target.
Kepala Seksi Ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan Munarti mengatakan dua dari tiga sektor komoditas ekspor nilai ekspornya turun dibanding nilai ekspor pada tahun sebelumnya. Kedua sektor tersebut adalah pertanian dan perindustrian. Adapun nilai ekspor sektor pertambangan diprediksi meningkat.
Munarti menjelaskan, dari total ekspor tersebut, khusus untuk sektor pertambangan dari PT Vale baru tersedia datanya hingga Oktober. "Kemungkinan dengan tambahan data hingga Desember dari PT Vale akan menambah US$ 800 juta (dari total ekspor)," kata dia di kantornya, Senin, 14 Januari 2013. Meski demikian, total ekspor Sulawesi Selatan masih tetap tak akan memenuhi target.
Penurunan nilai ekspor terendah terjadi pada sektor industri, yang menurun 26 persen, yaitu dari US$ 189 juta pada 2011 menjadi US$ 141 juta. Munarti mengatakan, yang mempengaruhi penurunan nilai ekspor sektor industri adalah merosotnya harga kakao. "Sehingga ekspor kakao bubuk dan mentega berkurang," katanya.
Munarti menambahkan, permintaan kakao tersebut juga merosot hingga 90 persen. Hal ini disebabkan oleh negara tujuan ekspor kakao bubuk dan mentega Sulawesi Selatan yang terbesar, yaitu Amerika Serikat, mengalami krisis ekonomi sehingga permintaannya merosot.
Adapun menurunnya harga komoditas perindustrian terlihat dari penurunan volume ekspor yang perbandingannya tak cukup jauh jika dibandingkan dengan penurunan nilai ekspornya. Volume komoditas perindustrian turun hanya 8 persen, yakni dari 231 ribu ton pada 2011 menjadi 212 ribu ton pada 2012.
Merosotnya nilai ekspor juga dipengaruhi oleh menurunnya produksi komoditas unggulan pertanian, yaitu kakao dan kopi. Volume ekspor sektor pertanian menurun 9 persen, dari 161 ribu ton pada 2011 menjadi 147 ribu ton pada 2012.
Pemimpin Bank Indonesia Wilayah I Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), Mahmud Arsin, mengatakan, dengan semakin merosotnya nilai ekspor Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun, pada tahun ini sektor ekspor-impor tak akan memegang pengaruh untuk pertumbuhan perekonomian Sulawesi Selatan . "Jika pada tahun-tahun sebelumnya sektor ekspor-impor menopang pertumbuhan ekonomi, sekarang tidak lagi karena terancam defisit," ujarnya.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, kinerja ekspor pada tahun lalu terbantu antara lain oleh komoditas nikel. Nilai ekspor komoditas nikel meningkat 91 persen dibanding nilai ekspor pada 2011. Adapun nilai ekspor nikel pada November 2012 mencapai US$ 180,61 juta, meningkat dibanding nilai ekspor pada tahun sebelumnya, yang mencapai US$ 94,19 juta.
SUKMAWATI