Nilai impor barang modal, kata Dasep, tidak setinggi industri barang setengah jadi yang mencapai US$ 70. Industri barang modal masih banyak dilakukan oleh industri otomotif. Tapi, ia menilai barang modal memiliki dampak industri yang lebih besar dibandingkan impor barang setengah jadi. Sejauh ini, Indonesia banyak mengimpor dari Jepang dan Cina. Impor dari negara Eropa sendiri masih minim.
Dasep menyayangkan minimnya pemain lokal dalam industri barang modal di Indonesia. "Pemain lokal masih sedikit, sekitar 10 persen dari kebutuhan yang ada," katanya. Menurut dia, pemain lokal masih terkendala oleh terhambatnya perkembangan teknologi di Indonesia.
GAMMA juga menyoroti tingginya impor mesin perkakas yang mencapai sekitar US$1 miliar pada 2012. Pada 2013, impor mesin perkakas diprediksi akan naik, tapi tidak besar karena adanya krisis Eropa. "Pelaku industri akan sedikit hati-hati. Mereka akan lebih memilih modifikasi daripada memproduksi mesin baru," katanya.
Dasep mendesak pemerintah agar memberi insentif bagi pelaku industri lokal agar bisa mengembangkan teknologi dan pada akhirnya bisa bersaing dengan pelaku industri barang modal lain seperti Thailand, Vietnam, Cina, dan India.
ANANDA TERESIA