TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang, menegaskan awal tahun ini harga daging sapi sulit turun dan tetap berkisar Rp 90 ribu-Rp 120 ribu per kilogram. "Normalnya setelah hari raya harga daging akan turun, tapi sekarang masih tetap tinggi. Ini akibat pengurangan kuota impor daging," kata Sarman ketika dihubungi Tempo, Senin, 14 Januari 2013.
Menurut dia, realisasi impor sapi bakalan di triwulan pertama ini juga tak akan membuat harga daging turun dalam beberapa bulan ke depan. "Ada efek dari pemasukan feedlot iya, tapi apakah kontinuitasnya terjamin?" kata dia. Kebutuhan sapi di Jakarta mencapai 2.000 ekor per hari untuk dipotong.
Ia menambahkan, kontinuitas pasokan sapi dan daging diperlukan untuk membuat harga daging stabil. Sebab, semua distributor daging sudah memiliki kontrak dengan dunia usaha dan akan mengutamakan pasokan bagi industri, sehingga dia khawatir pasokan untuk pasar tak dapat dipenuhi.
Dalam catatan Sarman, hampir 80-90 persen kuota impor daging terserap untuk DKI Jakarta dan sekitarnya karena industri olahan daging paling besar berada di Jakarta. Secara volume, kebutuhan daging di DKI Jakarta dan sekitarnya mencapai 50 ribu ton per tahun. Jumlah ini hampir menghabiskan kuota impor daging 2013 yang ditetapkan sebesar 80 ribu ton.
Kebutuhan daging di DKI Jakarta dan sekitarnya besar karena terdapat 5.700 perusahaan bergerak di bidang hotel, restoran, dan katering yang setiap harinya membutuhkan pasokan daging sapi. Belum lagi 20 ribu usaha kecil dan menengah yang membutuhkan daging sapi sebagai bahan baku, seperti warung bakso maupun warung nasi Padang. "Tidak hanya itu, setiap tahun ada 3 juta turis yang masuk ke Jakarta. Turis ini juga mengkonsumsi daging cukup besar," katanya.
ROSALINA