TEMPO.CO, Jakarta - Intervensi Bank Indonesia serta melemahnya indeks mata uang dolar terhadap euro membuat rupiah bertahan di posisi aman. Imbasnya, rupiah naik 1 poin (0,01 persen) ke level 9.634 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengatakan, pelemahan mata uang dolar terhadap mata uang rival, khususnya euro dan pound sterling, memicu kembali gairah investor untuk berinvestasi di mata uang berisiko.
"Apresiasi euro yang sempat menyentuh US$ 1,33 dan US$ 1,61 pound sterling membuat tekanan dolar terhadap rupiah sedikit mengendur," kata Yohanes.
Selain itu, pengawalan ketat Bank Indonesia sejak pekan kemarin turut menyelamatkan nilai tukar rupiah. Derasnya permintaan dolar di pasar domestik untuk melunasi kewajiban importir membuat posisi mata uang kian rentan.
Apalagi dengan tingginya kebutuhan impor sebagai konsekuensi pertumbuhan ekonomi dalam negeri serta permintaan bahan bakar minyak yang terus meningkat. Namun, likuiditas dolar di dalam negeri minim lantaran investor enggan menjual dolarnya. Kondisi ini membuat Bank Indonesia mau tak mau harus melakukan intervensi setiap saat.
Meski demikian, tekanan dolar terhadap rupiah masih besar. Buktinya, pelemahan dolar Amerika di pasar uang regional tidak mampu membuat rupiah terapresiasi lebih jauh.
Bahkan, di pasar spekulasi Singapura, valuasi rupiah mulai merangkak naik ke kisaran 9.900 per dolar AS. "Saya khawatir, ketika dolar kembali menguat, rupiah akan kembali jatuh," ujar Yohanes.
M. AZHAR | PDAT