TEMPO.CO, Jakarta -Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memprediksi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia ke Amerika Serikat pada 2013 naik tipis 4 persen."Kita harapkan naik sekitar 4 persen. Kita ke Amerika sekarang ini sudah hampir US$5 miliar," kata Ketua Umum API, Ade Sudrajat, dalam paparan kinerja akhir tahun di Jakarta, Selasa, 8 Januari, 2013.
Optimisme ini didorong karena banyaknya pemegang merk Amerika Serikat (AS) yang mengekspor tekstil dan produk tekstil dari Indonesia. "Banyak sekali kepercayaan yang diberikan pemegang merk di Amerika kepada Indonesia," katanya.
Ade menambahkan selain Amerika Serikat, Indonesia masih akan mengandalkan Jepang sebagai destinasi utama ekspor tekstil tahun depan. Ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia ke Jepang naik 70 persen tahun lalu. Perjanjian perdagangan bebas dengan Jepang, kata Ade, terbukti mampu memberi dampak komplementari bagi industri domestik, bukan dampak yang merugikan.
"Tahun ini kami berharap kenaikan 70 persen bisa diulangi lagi,karena implikasi dari kebutuhan Jepang yang terus meningkat," katanya. Tahun 2012, ekspor tekstil Indonesia ke Jepang mencapai hampir US$1,7 miliar, naik dari US$ 800 juta.
Ia juga berharap bisa menggarap pasar tekstil Eropa. Ekspor tekstil Indonesia ke Eropa tahun lalu mengalami penurunan, mencapai US$3 miliar. API berharap pemerintah segera berunding dengan Uni Eropa mengenai kemitraan ekonomi sehingga produk Indonesia bisa masuk ke pasar Eropa dengan bea masuk 0 persen. "Kalau sudah ada kesepakatan, mungkin bisa naik sampai dua kali lipat," katanya.
Ade mengatakan ekspor Indonesia juga bisa semakin meningkat jika bisa melakukan penetrasi ke pasar Cina. Saat ini ekspor ke Cina baru benang dan sudah naik 20 persen tiap tahun. Ade berharap pada tahun mendatang, Indonesia bisa mengekspor kain bukan hanya benang demi mendongkrak nilai ekspor ke Cina.
Ia mengingatkan pada 2013, serbuan impor akan semakin agresif. Pasar tekstil domestik akan digempur oleh produk impor dari Cina, India, Bangladesh, dan Vietnam. Menurut Ade, serbuan produk impor disebabkan karena harga produk dalam negeri lebih mahal dibandingkan harga produk impor. Diprediksi pangsa pasar produk domestik akan semakin turun tahun depan.
ANANDA TERESIA