TEMPO.CO , Jakarta:PT Pertamina Tbk memasang satu unit electric vehicle charging station atau stasiun pengisian bahan bakar listrik di kantor pusat Pertamina. "Stasiun bahan bakar listrik ini merupakan bentuk dukungan kami atas permintaan Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk turut serta mengembangkan mobil listrik," kata Hanung pada acara soft launching electric vehicle charging station di Senayan, Ahad, 9 Desember 2012.
Hanung menjelaskan, instalasi pilot project stasiun pengisian bahan bakar listrik menggunakan alat rakitan pabarik asal Jerman, Siemens bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Alat yang bernama lengkap Siemens SIPLUS ECC8000 Electrical Vehicle Terminal Charging itu mampu mengisi penuh batre mobil listrik jenis city car dalam tempo empat jam dan dengan konsumsi listrik sebanyak 16 KWH. Jika batre penuh, mobil listrik mampu menempuh jarak hingga 160 kilometer.
Menurut Hanung, angka tersebut jauh lebih hemat dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar minyak oleh mobil konvensional. "Jika dikonversikan, biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan mobil jauh lebih efisien dibandingkan jika menggunakan bahan bakar minyak. Sebab, jarak 160 Km dapat ditempuh hanya dengan mengeluarkan biaya Rp 40 ribu," kata Hanung.
Hanya saja, biaya murah tersebut tak menjamin masyarakat langsung beralih dari mobil konvensional yang menggunakan BBM ke mobil listrik. Menurutnya, tanpa insentif pemerintah di bidang industri mobil listrik, harga mobil listrik bisa sangat mahal dan malah tidak terjangkau oleh masyarakat. Buntutnya, masyarakat enggan beralih menggunakan mobil listrik.
"Oleh sebab itu Menteri Dahlan Iskan mendorong agar industri dan Pertamina serta Perusahaan Listrik Negara bekerja sama membangun industri mobil listrik ini," kata Hanung. Dari Pertamina, kata dia, Menteri Dahlan meminta disediakan stasiun pengisian bahan bakar listrik di setiap SPBU yang dimiliki Pertamina.
Hanung sendiri belum dapat memastikan dirinya akan menuruti pesan Menteri Dahlan tersebut. Ia menjelaskan, dirinya harus melakukan kajian terlebih dahulu untuk memastikan bahwa SPBU BBM dengan electric vehicle charging station cukup aman jika ditempatkan dalam satu lokasi. Selain itu, ia juga harus melakukan kajian ekonomi dari pengadaan alat seharga Rp 600 juta per unit tersebut.
Ia mengatakan, jika kelak industri mobil listrik cukup cerah, Pertamina tidak akan segan membangun lebih banyak lagi stasiun pengisian bahan bakar listrik. Dan sebaliknya, jika pasar mobil listrik rendah, maka dirinya tidak dapat menjanjikan Pertaminaa kan menyediakan electric vehicle charging station di seluruh SPBU yang mereka miliki.
Stasiun itu sendiri akan mulai dioperasikan mulai 19 Desember mendatang di kantor Pusat Pertamina. Sementara ini, lanjutnya, Pertamina mengratiskan seluruh transaksi pengisian bahan bakar listrik. "Siapa pun boleh mengisi bahan bakar mobil listriknya di kantor pusat Pertamina," kata Hanung.
Selanjutnya, kata Hanung, masyarakat harus membayar biaya ketika mengisi batre mobil listriknya.Ia mengatakan kemungkinan besar didasarkan pada tarif listrik konsumsi biasa. Ada pun penyediaan listriknya akan dipasok dari PLN yang memang bertugas menyediakan listrik secara nasional.
RAFIKA AULIA
Berita Terpopuler
EDISI KHUSUS: Bollywood Yahud
Dahlan Iskan: KRL Tak Layak Raih Penghargaan BUMN
PT KAI Raih BUMN Terbaik 2012
Dahlan Minta Proyek MRT Ditangani DKI Jakarta Saja
"Redenominasi Untuk Mengimbangi Pertumbuhan Ekonomi"