TEMPO.CO, Jakarta - Membaiknya kondisi ekonomi global membuka ruang bagi penguatan rupiah untuk kembali berada di bawah level psikologis 9.600 per dolar Amerika Serikat. Aktivitas manufaktur Cina yang mulai menunjukkan ekspansi, juga membaiknya data ekonomi Amerika, menjadi katalis positif bagi rupiah minggu ini.
Pada transaksi hari ini, Rabu, 28 November 2012, nilai tukar rupiah berhasil menguat 7 poin (0,07 persen) ke 9.599 per dolar AS. Di tengah jatuhnya harga saham di bursa, rupiah berhasil melenggang kembali di bawah 9.600 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto menjelaskan, apresiasi rupiah kali ini terjadi karena faktor positif dari eksternal. Membaiknya data dari negara pelaku ekonomi dunia seperti Cina, Amerika, Jepang, serta Jerman memunculkan minat pelaku pasar domestik untuk melepas dolar AS dan mengalihkannya dalam rupiah. “Kalau dari domestik sebenarnya belum ada sentimen yang bisa mengangkat rupiah,” tuturnya.
Dalam kondisi akhir bulan seperti ini, dengan kebutuhan dolar AS dari korporasi masih tinggi, rupiah justru bisa menguat. Di awal bulan nanti, saat permintaan dolar AS mereda, ada peluang bagi mata uang lokal untuk kembali menguat.
Yunani yang mendapatkan potongan bunga dan akan segera mendapatkan kucuran dana talangan tahap kedua senilai US$ 40 miliar dianggap dapat menyelesaikan satu masalah di Eropa, membuat euro kembali berada di atas level US$ 1,29. Bahkan, kemarin sempat menembus di atas psikologis US$ 1,30.
Masih terganjalnya kesepakatan antara Gedung Putih dan Kongres mengenai pembahasan masalah defisit anggaran atau yang sering disebut fiscal cliff, menyisakan ketidakpastian pasar di akhir November. Bila masalah ini tidak terselesaikan, warga Amerika akan mengalami ancaman kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran mulai awal 2013.
Menurut Lindawati, pemerintah Amerika Serikat dan Kongres pasti akan menemukan solusi yang terbaik bagi negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut. “Sebenarnya yang terpenting adalah kebijakan pemeritahan Barack Obama mengenai stimulus ekonomi akan terus berlanjut,” ujarnya.
Para pembuat kebijakan Amerika tentunya tidak akan membiarkan negaranya akan memasuki resesi lagi.
Mata uang Asia sore ini sebagian besar melemah karena kecemasan terhadap masalah pembahasan fiskal di Amerika Serikat tidak mengalami kemajuan. Won Korea Selatan turun 0,05 persen ke 1.086,84, peso Filipina terdepresiasi 0,26 persen menjadi 40,905, ringgit Malaysia melemah 0,2 persen ke 3,0535, dan bath Thailand juga susut 0,13 persen menjadi 30,72 persen terhadap dolar AS. Sedangkan dolar Singapura menguat 0,02 persen menjadi 1,2228 per dolar AS.
Indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya turun 0,04 poin ke level 80,37, hingga pukul 17.03 WIB. Yen Jepang menguat 0,35 persen menjadi 81,87 per dolar AS dan euro melemah 0,15 persen ke US$ 1,2923.
VIVA B. KUSNANDAR
Terpopuler:
10 Ribu Buruh Terancam Menganggur
Ini Perubahan Rute di Soekarno-Hatta Besok
Ini Tiga Sikap Pengusaha Atas Kenaikan UMP
Saham Matahari Putra Prima Disuspensi
Besok, Arus Lalu Lintas Soekarno-Hatta Dialihkan
Pengganti BP Migas Bikin Acara Mahal
Mc Donalds Rating Sahamnya Jeblok