TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Universitas Gadjah Mada, Toni Prasetyantono, memprediksi pertumbuhan kredit akan tetap tinggi meski bank sentral menaikkan suku bunga acuan tahun depan. "Saya yakin kalau BI rate naik, tidak akan banyak pengaruh. Pertumbuhan kredit 25 persen bisa tercapai," ucap Tony usai menjadi pembicara dalam OCBC NISP Economic Outlook di Jakarta, Kamis, 22 November 2012.
Ia memprediksi Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan sekitar 25-50 persen ke level 6-6,25 persen pada 2013. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan inflasi yang berpeluang berada di kisaran 5,5 persen, didorong kenaikan tarif dasar listrik, atau mencapai 6 persen didorong kenaikan bahan bakar minyak Rp 1.500 per liter. "Pak Darmin (Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution) ingin suku bunga turun terus. Tapi tidak mungkin BI rate di bawah inflasi," ujarnya.
Mengacu pada pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, Tony yakin pertumbuhan kredit tetap tinggi, meski suku bunga acuan tinggi. "Berdasarkan history, pengusaha bandel, jangankan BI rate 6 persen, lebih tinggi dari itu tak masalah," ucapnya. "Nasabah kita bandel dalam arti positif," dia menambahkan.
Tony mencontohkan pertumbuhan kredit sepanjang 2012 yang di atas 20 persen. Padahal, suku bunga kredit tercatat tak turun signifikan, walau suku bunga acuan sudah di level terendahnya, yaitu 5,75 persen. Menghadapi kondisi ini, BI mengeluarkan kebijakan uang muka minimal untuk mengerem kredit konsumsi.
Menurut Tony, pertumbuhan kredit tahun depan tetap akan disokong kredit konsumsi. Hal ini mengingat kontribusi konsumsi domestik pada produk domestik bruto sekitar 55-60 persen. Tingginya inflasi di tahun depan, dinilai Tony juga tak akan terlalu mempengaruhi daya beli masyarakat. "Kita terbiasa inflasi tinggi. Pernah 7-8 persen, 6 persen kecil," ujarnya.
MARTHA THERTINA