TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Natal dan tahun baru, harga daging sapi diperkirakan bisa menembus harga Rp 120 ribu. Selain harga yang melambung tinggi, stok daging sapi juga diperkirakan langka hingga perayaan hari besar tersebut. Sekarang ini, pasokan daging sapi belum aman. "Saat ini mestinya normal, tapi daging sapi sudah langka, bagaimana nanti ketika peak season Natal dan tahun baru," kata Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simajorang, ketika dihubungi, Senin, 19 November 2012.
Menurut ia, kelangkaan dan gejolak harga daging sapi akan memburuk pada pertengahan Desember atau ketika konsumsi daging mulai meningkat. Pangkal masalah ini, Sarman melanjutkan, adalah pemangkasan kuota impor daging sapi oleh pemerintah dari 100 ribu ton pada 2011 menjadi 34 ribu pada 2012. Target swasembada daging sapi dengan memangkas kuota impor dirasa tidak tepat karena pasokan daging lokal tidak mencukupi.
Sarman mendesak pemerintah segera melakukan langkah antisipasi agar pada Natal dan tahun baru masyarakat tidak bingung. "Pemerintah harus menambah kuota daging impor sapi pada Natal dan tahun baru. Ini untuk mencegah gejolak yang sama seperti Lebaran lalu," katanya.
Pemerintah diusulkan untuk mengimpor 15 ribu ton daging sapi pada Desember 2012 untuk menjaga pasokan daging sapi agar aman. "Ini untuk memenuhi permintaan pasar," katanya. Menurut Sarman, karena waktunya mepet dibutuhkan masyarakat pada Desember adalah daging sapi jadi yang bisa langsung dikonsumsi.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia ini menilai langkah pemerintah yang mendatangkan 5.000 ekor sapi siap potong dari Nusa Tenggara Barat tidaklah tepat. Ia meragukan harga sapi potong ini tidak akan melonjak karena biaya transportasi. "Apakah pemerintah bisa menjamin harganya lebih murah dari sapi dari Australia?" katanya.
Agar tidak terus berulang, Sarman mendesak pemerintah merevisi kebijakan pemangkasan impor. Penurunan kuota impor seharusnya bertahap dari 100 ribu ton menjadi 90 ribu ton lalu kembali mengerucut menjadi 80 ribu ton dan di saat yang tepat bisa 34 ribu ton.
Efek kenaikan harga daging sapi memukul pedagang di pasar tradisional. Mereka tak sanggup berjualan. "Sampai saat ini (Minggu) belum ada kepastian. Saya meninjau ke pasar, belum ada yang jualan," ujar Kepala Pasar Rawabadak, Ahmad Rozy, kepada Tempo, Minggu, 18 November 2012.
Ahmad mengatakan, pedagang daging sapi di pasarnya baru akan memutuskan hal ini setelah mendapat kabar soal harga daging dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia. Misalkan harga daging sapi dipastikan tak akan turun dan suplai tetap dibatasi, mereka tak akan berjualan hingga Senin.
Kondisi sebaliknya terjadi di supermarket. Berdasarkan pantauan Tempo, harga jual daging sapi di supermarket berkisar Rp 87.990 hingga Rp 112.990. "Harganya tidak berubah sejak habis Lebaran, tidak terpengaruh ribut-ribut di luar," ujar Hasmi, petugas di bagian daging ketika ditemui, Minggu.
Hasmi mengakui harga daging sapi impor dari Australia dan Selandia Baru yang dijualnya memang lebih mahal daripada harga di pasar tradisional. "Tetapi kalau sedang ada promosi bisa lebih murah," kata dia. Saat itu daging yang sedang dipromosikan merupakan daging paket untuk rendang yang dijual dengan harga Rp 64.790 per kilogram. Adapun supermarket tersebut tak menjual daging sapi lokal.
ANANDA W. TERESIA