TEMPO.CO, Jakarta- Pemerintah Amerika Serikat mengaku belum terganggu atas maraknya demonstrasi buruh yang meminta adanya kenaikan upah. Wakil Menteri Perdagangan untuk Urusan Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan Amerika Serikat, Francisco J. Sanchez, mengatakan, aksi buruh di Indonesia tidak akan mempengaruhi kerja sama perdagangan dan investasi yang telah terjalin.
"Hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia sudah terjalin sejak periode yang lama. Dan kedua negara telah banyak bekerja sama dalam berbagai sektor dan kami akan lanjutkan fondasi yang telah terbangun di Indonesia," kata Francisco, di Hotel Shangri-La, Selasa, 13 November 2012.
Amerika dan Indonesia akan terus memperkuat fondasi dengan mengupayakan berbagai kesepakatan kerja sama untuk memperkuat investasi itu. Penguatan kerja sama dan peningkatan investasi di Indonesia, diakuinya, telah mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat yang terpilih kedua kalinya, Barrack Obama.
"Demonstrasi buruh di Indonesia tidak berpengaruh terhadap kami. Dan kami percaya pemerintah Indonesia mampu memberikan solusi terbaik untuk masalah ini," ujarnya.
Ia menjelaskan, Indonesia merupakan pasar dinamis yang menawarkan kesempatan luas untuk pembangunan, terutama di sektor infrastruktur dan teknologi. Indonesia juga merupakan mitra dagang yang baik bagi Amerika Serikat.
Nilai ekspor barang-barang Amerika ke Indonesia sejak Januari hingga Agustus 2012 mencapai US$ 5,5 miliar atau naik 10 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. "Saat ini Indonesia banyak mengekspor ke Amerika, begitu pun dengan kami. Untuk mengatasi hambatan perdagangan, kami berkomitmen untuk terus melakukan dialog bersama pemerintah Indonesia," katanya.
Wakil Duta Besar Amerika untuk Indonesia, Kristen Bauer, menambahkan, ekspektasi investasi tentunya mempunyai pengaruh, di mana keamanan menjadi perhatian investor yang akan menanamkan modalnya di negara ini. Namun, ia yakin pemerintah Indonesia mampu mencari jalan keluar bagi investasi yang masuk.
Perusahaan asal Amerika Serikat, WorleyParsons, menyatakan, Indonesia masih menarik bagi para investor atau perusahaan asing yang berusaha di dalam negeri. Vice President & General Manager Federal Program WorleyParsons, William Paris, mengatakan, salah satu faktornya adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan fondasi kerja sama yang telah terjalin kuat.
Tak jauh berbeda, Director & Chief Representative Black & Veatch International Company, Tariq Aziz, menambahkan, persoalan buruh harus bisa ditangani pemerintah Indonesia untuk memberikan kenyamanan kepada investor. Meskipun demikian, investor juga akan mengecek keseluruhan perspektif jangka panjang dari aksi ini.
Menurut dia, regulasi di Indonesia masih tergolong ramah terhadap investor, karena itu tidak heran banyak yang tertarik berinvestasi di Indonesia. Ia hanya memberi beberapa catatan pada kebijakan pemerintah, di antaranya perlu ada kesinambungan regulasi dan jaminan keamanan dalam berusaha.
"Hal lainnya adalah investor membutuhkan tingkat pengembalian investasi yang baik dan jaminan kontinuitas proyek yang dibangun. Kalau ini bisa dipenuhi, bisa lebih baik lagi menarik pendanaan untuk pembangunan Indonesia," ujarnya.
ROSALINA