TEMPO.CO, Jakarta - Tingginya volatilitas euro yang dipicu ketidakpastian krisis Eropa membuat rupiah gagal melanjutkan apresiasi seiring menguatnya dolar Amerika Serikat (AS).
Di transaksi pasar uang hari ini rupiah ditutup melemah 13 poin (0,13 persen) ke level 9.590 per dolar AS. Rupiah bergerak fluktuatif dan sempat menembus level 9.600 per dolar, sebelum akhirnya penjagaan Bank Indonesia mampu menyelamatkan rupiah tidak melemah terlalu dalam.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan tingginya volatilitas euro di pasar uang telah mempengaruhi mata uang yang dianggap berisiko, termasuk rupiah. "Krisis Eropa yang terus memburuk akibat ketidakpastian dana talangan di Spanyol membuat euro cukup fluktuatifnya sehingga berimbas ke rupiah."
Menurut Linda, posisi rupiah saat ini sebenarnya sudah relatif stabil di ekuilibrium barunya dikisaran 9.550-9.600. Namun, sebagai mata uang berisiko, nilai tukar rupiah masih terpengaruh pergerakan euro dan aset-aset lainnya. Ketika euro terkena sentimen positif, rupiah turut menguat dan sebaliknya ikut melemah apabila euro mengalami tekanan.
"Krisis Eropa yang tidak kunjung mereda, posisi rupiah akan terus terbebani volatilitas euro dan sulit untuk kembali ke ekuilibrium sebelumnya di kisaran 9.300-9.400 per dolar AS," kata Linda.
Linda mengatakan, volatilitas yang terlalu tinggi tidak baik bagi sebuah mata uang. Dalam setahun terakhir, kisaran volatilitas euro sangat tinggi. Ketika sentimen bergerak ke arah positif, mata uang Benua Biru bisa menguat sampai US$ 1,32, tetapi ketika beberapa hari kemudian sentimen berbalik negatif euro bisa jatuh ke US$ 1,28.
PDAT | M. AZHAR