TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian menyatakan, sejak pemerintah membatasi pintu masuk impor produk hortikultura 19 Juni 2012 lalu, telah terjadi penurunan volume impor hortikultura hingga hampir 30 persen. “Impor buah turun 29,7 persen dan sayur 19-20 persen,” kata Plt Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Banun Harpini, kemarin.
Sebelum impor dibatasi, selama ini volume impor produk hortikultura terus meningkat. Kementerian Pertanian mencatat, sepanjang 2011 volume impor buah mencapai 878.318,3 ton, atau meningkat 50 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 583.677,7 ton. Adapun buah yang diimpor pada 2011 antara lain, anggur (389.448 ton), apel (163.398 ton), dan jeruk (171.858 ton).
Sementara itu, impor sayuran segar sepanjang 2011 sebanyak 746.857,2 ton, atau meningkat 29 persen tahun sebelumnya yang hanya 578.015,9 ton. Jenis sayuran yang diimpor pada 2011 antara lain bawang putih (385.674,8 ton), bawang merah (143.266 ton), dan kentang (90.054,2 ton).
Sebaliknya, Badan Pusat Statistik justru mencatat kenaikan nilai impor produk hortikultura khususnya buah-buahan dari Thailand sejak pembatasan impor diberlakukan. Pada Juni 2012, impor buah dari Thailand mencapai US$ 10,954 juta dan sebulan kemudian bertambah menjadi US$ 35,067 juta. Pada Agustus 2012, nilai impor dari Thailand kian meningkat menjadi US$ 40,549 juta.
Menurut Banun, kenaikan nilai impor hortikultura itu bukan karena volume impor yang meningkat, melainkan harga buah yang tinggi. "Kalau kenaikan nilai mungkin saja karena harga buah-buahan Thailand naik sehingga jumlah nilai impor meningkat. Kalau mau fair, volumenya yang dihitung apakah ada peningkatan atau tidak karena kalau berdasarkan data justru ada penurunan volume impor,” jelasnya.
ROSALINA