TEMPO.CO, Denpasar - Keamanan produk perikanan Indonesia mulai diakui dunia internasional. Keamanan produk perikanan ini merujuk pada standar Codex yang merupakan standar internasional dan menjadi referensi pemerintah, konsumen, produsen dan perdagangan dunia internasional untuk menjamin seluruh produk yang diperdagangkan di pasar bermutu baik dan aman.
Sebanyak 323 produk perikanan asal Indonesia telah mendapatkan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang merujuk pada standar Codex tersebut. Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Gellwynn Jusuf, sertifikat ini menjadi penting karena Indonesia sebagai negara produsen maupun konsumen produk perikanan harus menunjukkan komitmennya dalam standar keamanan produk yang mengacu Codex.
"Dinamika pasar dunia cenderung menunjukkan tren perubahan paradigma dari sekadar memenuhi kebutuhan pangan menjadi kesadaran akan keamanan produk perikanan yang dikonsumsinya," kata Gellwynn dalam pembukaan sidang ke-32 Codex Committee on Fish and Fishery, di Bali, Senin, 1 Oktober 2012.
Menurut Gellwynn, untuk memenuhi perubahan paradigma itu, Indonesia mendukung sepenuhnya mandat codex dalam upaya melindungi kesehatan dari konsumen. “Dan meyakinkan praktek secara adil dalam perdagangan dunia.”
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, produk perikanan Indonesia dapat diterima pasar dunia. Tercatat, realisasi ekspor hasil perikanan 2011 sebesar US$ 3,5 miliar, naik 22,95 persen dibanding tahun lalu yang tercatat US$ 2,8 miliar. Negara tujuan ekspor produk perikanan Indonesia yaitu Amerika Serikat dengan nilai US$ 1,13 miliar, Jepang senilai US$ 806 juta, dan Eropa senilai US$ 460 juta. Seluruh negara tersebut menguasai 15 persen total ekspor perikanan Indonesia.
Sementara nilai ekspor tahun ini, tercatat hingga semester pertama sebesar US$ 1,9 miliar atau 17,92 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Tahun ini, KKP menargetkan nilai ekspor bisa mencapai US$ 4,2 miliar.
Selain itu, ia menambahkan, KKP juga berupaya mengembangkan pelayanan bisnis ekspor-impor dalam rangka mendukung Indonesia National Single Window (INSW) di lima Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berlokasi di lima provinsi. "Ini untuk menyambut era globalisasi dan era perdagangan pangan di kawasan dan global seperti ASEAN, AFTA dan CAFTA," kata Gellwynn.
ROSALINA
Berita lain:
PT RNI Investasikan Rp 1 Triliun untuk Ternak Sapi
Spanyol Butuh Pinjaman US$ 267 miliar
Rupiah Berpeluang ke 9.300
Wika Bangun Jalan di Brunei Darussalam
Dow Jones Naik 10 persen Sepanjang Tahun Ini