TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Eropa yang masih dilanda ketidakpastian akibat krisis utang yang berkepanjangan menjadi salah satu penyebab rupiah melemah hingga di atas 9.500 per dolar Amerika Serikat (AS).
Defisit neraca perdagangan Indonesia karena meningkatnya impor, di tengah menurunnya kinerja ekspor, juga turut membebani pergerakan mata uang lokal di tiga bulan terakhir antara Juli-September tahun ini.
Di transaksi hari ini, nilai tukar rupiah ditutup di level 9.570 per dolar AS. Ini berarti sepanjang triwulan ketiga tahun ini melemah 137 poin (1,45 persen) dibanding posisi akhir triwulan kedua lalu di 9.433 per dolar AS. Hari ini rupiah ditutup stagnan, sama seperti penutupan Kamis di 9.570 per dolar AS.
Pengamat pasar uang PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk, Rully Nova, mengemukakan, tingginya permintaan impor membuat kebutuhan dolar AS dari para pelaku usaha meningkat. Sedangkan pasokan dari hasil ekspor terbatas membuat dolar AS melemah di triwulan ketiga tahun ini. Defisit neraca berjalan Indonesia membuat rupiah belum bisa menguat mengikuti kenaikan indeks saham yang berhasil mencetak rekor tertinggi baru di penghujung bulan ini.
Masih adanya kecemasan dari para pelaku pasar terhadap pertumbuhan global akibat krisis utang di kawasan Eropa yang berkepanjangan yang berimbas ke Amerika dan Asia membatasi apresiasi rupiah. “Meskipun bank sentral utama dunia telah mengucurkan stimulus untuk mendorong pertumbuhan, belum mampu mendorong apresiasi rupiah,” ujarnya.
Adanya keraguan bahwa kucuran stimulus lanjutan dari The Federal Reserve tidak akan mampu memacu pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja baru membuat penguatan euro tertahan. Imbasnya, rupiah yang sempat menguat hingga ke 9.450 kembali berbalik melemah di atas 9.500 per dolar AS.
Dari kawasan regional, mata uang regional sebagian besar justru menguat terhadap dolar AS di triwulan ketiga 2012. Won Korea Selatan menguat 2,78 persen, peso Filipina terapresiasi 0,79 persen, ringgit Malaysia menguat 3,46 persen, serta dolar Singapura juga menguat 3,49 persen.
PDAT | VIVA B. KUSNANDAR
Terpopuler:
UU Pengadaan Tanah Berlaku Efektif 2013
YLKI Minta PLN Lebih Hargai Keluhan Pelanggan
Pembentukan Lembaga Pangan Dinilai Pemborosan
Regional Positif, Indeks Lanjutkan Penguatan
Minyak Kembali Sentuh US$ 92 per Barel