TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya mata uang dan jatuhnya harga saham membuat rupiah regional kembali melemah dan kian mendekati level 9.600 per dolar Amerika Serikat (AS). Data manufaktur AS yang dirilis semalam agak mengecewakan dan masih mengalami kontraksi untuk yang ketiga kalinya membuat para pelaku pasar makin bersikap hati-hati dan lebih merasa nyaman memegang mata uang safe haven, yakni dolar.
Di transaksi pasar uang hari ini, Rabu, 5 September 2012, tukar rupiah ditutup kembali melemah 11 poin (0,12 persen) ke level 9.599 per dolar AS.
Analis dari Treasury Bank Negara Indonesia, Klara Pramesti, mengemukakan, cadangan devisa Bank Indonesia yang diperkirakan akan turun membuat para pelaku pasar cemas dan mereka memilih untuk melepas mata uang lokal dan mengalihkannya dalam bentuk dolar.
“Melebarnya defisit transaksi berjalan (current account) Indonesia masih menjadi ganjalan bagi rupiah untuk bisa menguat ,” tuturnya.
Dengan melebarnya defisit transaksi membuat bank sentral harus memenuhi kebutuhan dolar AS di pasar domestik untuk membiayai impor yang cenderung meningkat. Ditambah lagi cadangan devisa BI merosot membuat para investor semakin ragu berinvestasi dalam mata uang rupiah.
Menjelang pertemuan para pejabat Bank Sentral Eropa (ECB), yang dijadwalkan Kamis besok, serta menunggu sidang Bank Sentral AS (The Fed), dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang utama dunia maupun regional. Sehingga tekanan terhadap rupiah kembali meningkat.
Perhatian para investor tertuju pada pertemuan ECB Kamis besok apakah mereka akan segera menggulirkan stimulus bagi negara Uni Eropa yang mengalami kesulitan utang. Para pejabat Eropa telah berulang kali untuk segera memerangi dampak dari krisis utang kawasan, namun masih sebatas wacana. Pasar kini menunggu langkah konkret dari para pembuat kebijakan Uni Eropa agar stimulus segera dikucurkan.
Dari kawasan regional, dolar Singapura melemah 0,11 persen terhadap dolar AS, won Korea Selatan 0,31 persen, peso Philipina 0,16 persen, ringgit Malaysia 0,35 persen, serta bath Thailand juga melemah 0,26 persen.
VIVA B. KUSNANDAR