TEMPO.CO, Singapura - Harga minyak mentah Brent mulai naik ke level US$ 114 per barel kemarin. Angka itu merupakan level tertinggi dalam tiga bulan terakhir seiring dengan kekhawatiran akan ada keterbatasan pasokan.
Sentimen itu akibat memanasnya Timur Tengah menyusul tanggapan Israel yang meminta Iran menghentikan program nuklirnya. Sedangkan harga minyak Amerika Serikat naik 73 sen menjadi US$ 93,60 setelah sempat di level US$ 92,87.
“Kita melihat kenaikan harga minyak meskipun masih kecil,” ujar analis pada perusahaan analisis pasar yang berbasis di Sydney, OptionsXpress, Ben Le Brun. “Komentar Israel adalah perhatian utama,” dia menambahkan.
Menurut dia, ketegangan di Timur Tengah akan mendorong kenaikan harga minyak. Ada kemungkinan minyak diperdagangkan ketat di kisaran harga naik atau turun US$ 2 sampai situasi di Timur Tengah memburuk atau Bank Sentral Amerika Serikat membuat kebijakan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan laporan riset ANZ, diungkapkan bahwa penurunan produksi North Sea juga menopang kenaikan harga minyak mentah Brent. Produksi dari 11 kilang minyak di sana diperkirakan turun 17 persen pada September karena adanya perawatan berkala dan penurunan alami.
“Eskalasi dan risiko geopolitik di Timur Tengah serta terganggunya pasokan dari North Sea mendorong kenaikan harga minyak mentah Brent,” ujar laporan ANZ tersebut.
ABDUL MALIK/REUTERS