TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) untuk membeli obligasi guna menekan biaya pinjaman belum mendapat persetujuan dari Jerman. Ditambah lagi lembaga pemeringkat Standard & Poor’s yang menurunkan prospek rating utang jangka panjang Yunani menjadi negatif memicu kecemasan baru di zona Eropa.
Imbasnya, euro sedikit melemah sehingga mendorong apresiasi dolar Amerika Serikat terhadap mata uang utama lainnya maupun mata uang regional, termasuk rupiah. Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah sempat melemah hingga ke 9.491 per dolar AS sebelum ditutup stagnan 9.479 per dolar AS sama seperti penutupan kemarin.
Head of Treasury Research Bank BNI, Nurul Eti Nurbaety mengemukakan kondisi global yang masih banyak ketidakpastian, terutama di Eropa, membuat rupiah belum bisa menguat jauh hingga ke 9.300 per dolar AS. “Sedangkan dari sisi fundamental seperti tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta cadangan devisa masih sangat mendukung rupiah,” tuturnya.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) serta para pelaku pasar juga masih merasa nyaman rupiah bermain di level 9.400–9.500 per dolar AS yang dianggap level equilibrium baru bagi rupiah.
Meredanya tekanan dolar AS terhadap rupiah seiring menguatnya euro belum mampu dimanfaatkan oleh rupiah menguat lebih jauh. Ditambah lagi, permintaan dolar di pasar domestik juga masih tinggi untuk memenuhi kebutuhan impor dan antisipasi libur panjang Lebaran.
Lelang obligasi yang dilakukan oleh pemerintah belum mampu membawa rupiah menguat sebab dana para pemodal masih berasal dari perbankan domestik dan bukannya masuknya aliran dana dari luar.
Sore ini sebagian besar mata uang regional melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura terdepresiasi 0,23 persen, peso Philipina terkoreksi 0,07 persen, ringgit Malaysia turun 0,11 persen.
Demikian pula dengan mata uang utama dunia. Euro melemah 0,23 persen ke US$ 1,2371 dan poundsterling juga terdepresiasi 0,18 persen ke US$ 1,5593, sedangkan yen Jepang menguat 0,32 persen menjadi 78,35 per dolar AS. Dengan demikian, indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia kembali naik 0,156 poin menjadi 82,366.
VIVA B. KUSNANDAR