TEMPO.CO, Bandung - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan mayoritas bahan makanan relatif sudah stabil. Dia meyakini, menjelang Lebaran nanti, harganya tidak akan melonjak lagi.
”Insya Allah tidak. Ini sudah hampir dua minggu lagi. Saya rasa dengan catatan bahwa pasok sangat terjamin,” kata Menteri Gita selepas berkunjung di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Selasa, 7 Agustus 2012.
Disebutkan Gita, pemantauan harga mengindikasikan harga sangat stabil. Beberapa bahan makanan malah menunjukkan penurunan harga, di antaranya daging ayam dan telur. Daging ayam, misalnya, yang sempat menembus Rp 33 ribu per kilogram, kini turun di kisaran Rp 27 ribu per kilogram.
Telur ayam yang sempat tembus Rp 21 ribu per kilogram, kini dijual berkisar Rp 16-17 ribu. ”Bahkan, di Jakarta, ada yang jualan Rp 13 ribu sampai Rp 15 ribu (per kilogram) telur,” kata Gita.
Khusus daging ayam, Menteri Gita mengaku punya kekhawatiran soal harganya yang bisa terjun bebas setelah Lebaran nanti. Dia beralasan, produksi ayam nasional saat ini menembus 2 miliar, melebihi produksinya tahun lalu yang hampir menembus 1,67 miliar ekor.
Mengantisipasi itu, dia minta pemasok dan peternak ayam terus menjaga harganya tetap stabil. ”Kekhawatiran kita (harganya) mungkin turun setelah Lebaran. Bisa cukup signifikan kalau tidak menjaga stabilitas harga dari sekarang,” kata Gita.
Sementara daging sapi sudah relatif terjamin. Harganya stabil kendati sudah naik sejak bulan lalu di kisaran rata-rata Rp 85 ribu per kilogram. ”Lumayan terjamin, tapi kita tidak tahu nanti menjelang Lebaran kayak gimana. Ini tentunya masih ada keharusan kita mengimpor dari luar, tapi kuota sudah diturunkan. Ke depannya, kita akan pantau terus,” tuturnya.
Harga beras relatif stabil. Di beberapa daerah, harganya turun. ”Pasok di Bulog masih ada buffer stok kurang-lebih 2,6 juta ton. Ini sangat aman,” kata Gita.
Sementara produk bahan makanan impor relatif sudah jarang ditemui di pasar. ”Kentang dulu banyak impor, bawang dan cabai impor, sekarang sudah enggak ada lagi di Jakarta dan di Bandung. Hanya masih ada kayak wortel, bawang putih, selalu harus impor, (kita) kekurangan pasok,” kata Gita.
Khusus kedelai, Gita mengatakan, harganya masih terpengaruh anomali cuaca di sejumlah negara produsen kedelai. ”Kita sangat terpengaruh oleh fluktuasi harga dunia, kita mengkonsumsi 2,6 juta kedelai dan kita hanya bisa memproduksi 800 ribu ton."
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, yang menemani kunjungan Menteri itu, mengatakan, stok terus ditambah dan distribusi barangnya terus dijaga. ”Insya Allah ini akan membuat harga stabil. Habis Lebaran, selesai. Akhirnya normal seperti biasa,” kata dia.
Khusus daging sapi, Heryawan mengatakan, harganya terus naik akibat pemerintah membatasi impor. ”Pengurangan impor sudah terjadi, akibatnya harga daging sapi naik,” kata dia. ”Satu sisi, bagi peternak relatif menguntungan, bagi konsumen tentu (harganya) naik.”
Kendati demikian, daging sapi bukan bahan makanan yang berimbas pada ketahanan pangan. ”Tidak ada persoalan ketahanan pangan gara-gara daging sapi naik. Pasalnya, ini barang elastis, kalau tidak ada diganti dengan daging yang lain,” kata dia.
Berbeda dengan beras, menurut Gubernur Heryawan, yang merupakan bahan makanan pokok yang punya pengaruh signifikan. ”Kalau beras itu tidak elastis, ada gejolak sedikit, akan ada intervensi (pemerintah). Bulog punya jutaan ton persediaannya."
AHMAD FIKRI