TEMPO.CO, Jakarta - Dampak krisis global terus menggerus neraca perdagangan Indonesia. Salah satu indikasinya penurunan ekspor semester I 2012.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mencatat surplus perdagangan Indonesia kurun Januari-Juni 2012 turun drastis menjadi US$ 476,2 juta dari sebelumnya US$ 15,0 miliar.
"Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, penurunan surplus perdagangan Indonesia sangat jauh dengan tahun lalu," ujarnya di Jakarta, Jumat, 3 Agustus 2012.
Gita mengatakan penurunan surplus dipicu menurunnya surplus perdagangan non migas sebesar 87,4 persen tinggal US$ 1,9 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar US$ 1,4 miliar, sedangkan tahun sebelumnya pada periode yang sama surplus US$ 341,6 juta.
Penurunan ekspor non migas ujar Gita dipicu penurunan ekspor semua sektor di luar industri yang naik tipis 0,95 persen, sedangkan penurunan ekspor migas disebabkan menurunnya ekspor seluruh jenis migas. "Pertumbuhan impor negara tujuan berdampak melemahnya ekpor Indonesia ke negara tersebut," ujarnya.
Kementerian Perdagangan mencatat impor selama semester I 2012 masih didominasi impor bahan baku yang mencapai 70 persen dan barang modal sebesar 20 persen. Impor barang konsumsi mencapai 6,8 miliar dollar AS atau naik 6,5 persen, barang baku sebesar US$ 70,3 miliar naik sebesar 11,8 persen, sedangkan barang modal mencapai 19,4 miliar atau naik 34,9 persen.
Tiga impor barang modal yang mengalami peningkatan tertinggi yakni kapan terbang dan bagiannya atau naik 73,7 persen, kendaraan bermotor dan bagiannya impor naik 45,3 persen, barang dari besi atau baja naik 43,3 persen, dan mesin peralatan mekanik naik 25,4 persen.
JAYADI SUPRIADIN