TEMPO.CO, Jakarta - PT Merpati Nusantara Indonesia memesan 20 unit pesawat jenis Cassa 212-400 dari PT Dirgantara Indonesia. Direktur Utama Merpati Rudy Setyopurnomo mengatakan, penggunaan pesawat baru yang efisien diyakini dapat menurunkan biaya operasional. Jual beli antara dua perusahaan negara itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman di kantor Kementerian BUMN Jakarta, Kamis, 19 Juli 2012.
Rudy menjelaskan, sejak Juni lalu, Merpati terus melakukan pembenahan internal. Pembenahan, antara lain mencakup pemasaran, operasional, teknis, dan infrastruktur. Merpati juga membenahi sektor teknologi informasi dan sumber daya manusia.
Pada awal pembenahan, Rudy menambahkan, tingkat keterisian pesawat Merpati berkisar 60 persen, tapi kini telah mencapai 90 persen. Merpati berupaya mempertahankan angka tersebut dengan menurunkan penghasilan dan mengkompensasikannya terhadap biaya operasional.
Rudy menambahkan, konsumsi bahan bakar pesawat saat ini mencapai 60 persen dari total biaya operasional. Efisiensi bisa dilakukan melalui perawatan pesawat dan peningkatan teknologi.
Penggunaan pesawat baru yang dipesan dari Dirgantara Indonesia, kata dia, juga untuk menurunkan biaya. Penggunaan pesawat baru menghemat biaya unit 20 persen lebih banyak daripada pesawat lain. Pesawat baru juga diperlukan untuk meningkatkan citra perusahaan. Biaya perawatan pun akan turun. Untuk perawatan, Merpati akan bekerja sama dengan PT Nusantara Turbin dan Propulsi, Bandung, Jawa Barat. Sekarang 80 persen perawatan pesawat Indonesia masih di luar negeri dengan biaya Rp 20 triliun setahun.
Direktur Utama Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan, sejauh ini belum ada kesepakatan harga maupun mekanisme pembayaran atas 20 unit pesawat Cassa tersebut. "Biasanya per unit US$ 6,5-7,5 juta," ujar Budi.
MARIA YUNIAR