TEMPO.CO , Jakarta--PT Graha Banten Lampung Sejahtera terus mempersiapkan studi kelayakan Jembatan Selat Sunda, meskipun belum mendapat lampu hijau dari pemerintah. Perusahaan milik Tomy Winata itu melakukan penandatanganan kerja sama dengan Universitas Lampung (Unila) untuk melakukan riset kawasan strategis dan infrastruktur Selat Sunda, Kamis 12 Juli 2012.
Direktur Utama Graha Banten Lampung Sejahtera Agung R. Prabowo mengatakan kerja sama itu mencakup penelitian dan pengembangan proyek. Ia berharap kerja sama dengan Unila akan melahirkan inovasi. "Kesulitan untuk menghadapi gempa, muson, serta arus laut akan menghasilkan inovasi," katanya.
Rektor Universitas Lampung Sugeng P. Harianto mengatakan Unila memiliki sumber daya manusia untuk mendukung riset tersebut. Selain geofisika, riset meliputi dampak lingkungan dan pengembangan ekonomi di kawasan Lampung. Ia berharap jembatan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di sana dan melancarkan transportasi Jawa-Sumatera. Wilayah ini tak hanya menjadi pengekspor bahan mentah, tapi juga menjadi sentra produksi bahan jadi.
Proyek Jembatan Selat Sunda terancam molor karena Menteri Keuangan Agus Martowardojo berkeras studi kelayakan harus dilakukan oleh negara dan didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Bila dikerjakan oleh swasta, ia khawatir akan timbul dampak terhadap keuangan negara. Pemerintah tetap harus membayar biaya yang dikeluarkan meski proyek itu gagal. Itu sebabnya, ia mengusulkan revisi Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan peraturan itu sudah disepakati untuk direvisi, namun ia menolak menyebutkan poin-poin yang akan diubah.
Hatta melanjutkan, Unila bisa melakukan riset proyek Selat Sunda. Namun ia meyakini Unila tak menggarap studi kelayakan yang harus diputuskan melalui tender. "Boleh saja inisiator dan Unila bekerja sama untuk riset, tapi harus dilihat dulu dana risetnya dari siapa," katanya kemarin.
Proyek Jembatan Selat Sunda diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 15 miliar. Proyek ditargetkan akan dimulai pada 2014 dan selesai 10 tahun kemudian. Studi kelayakan membutuhkan waktu 2 tahun. Menurut versi pemerintah, studi kelayakan menelan biaya Rp 1,5-2 triliun, sementara perkiraan inisiator Rp 4 triliun.
MARIA YUNIAR | ISTMAN M.P | DEWI RINA
Berita lain:
Tommy Winata Lirik Bangun Jembatan Selat Sunda
Ratu Atut Tolak Usulan Menteri Keuangan
Revisi Perpres Jembatan Selat Sunda Tak Jelas
Lampung dan Banten Diminta Belajar dari Kalteng
Unila Lakukan Riset Kawasan Strategis Selat Sunda