TEMPO.CO , Jakarta: Pemerintah berencana menggandeng Australia sebagai penyuplai sekaligus investor dalam industri peternakan sapi nasional. Hal itu diutarakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sesaat sebelum bertolak menemui Perdana Menteri Australia Julia Gillard kemarin. \"Kerja sama ini penting karena kebutuhan daging sapi Indonesia terus meningkat,\" kata dia di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma.
Namun Presiden tak cuma menjajaki pembelian sapi hidup atau impor daging dari Australia. Ia mengatakan akan mengajak pengusaha Australia untuk menanamkan modal dalam sektor industri peternakan Indonesia. Presiden juga menjanjikan dukungan dari pemerintah pusat maupun daerah. Investasi ini diharapkan bisa mendorong pelaku industri peternakan Indonesia untuk menghasilkan produk yang berkualitas. \"Impor sapi atau daging dalam jangka panjang tidak sesuai dengan strategi membangun kemandirian pangan,\" katanya.
Dalam membahas kerja sama ini, Presiden mengajak empat kepala daerah, yakni Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi, dan Gubernur Papua Barat Abraham Oktavianus Atururi. Para gubernur itu diajak lantaran daerah mereka memiliki potensi besar untuk mengembangkan peternakan sapi.
Data Kementerian Pertanian menyebutkan, tahun ini kebutuhan daging sapi Indonesia mencapai 484 ribu ton. Dari jumlah itu, 34 ribu ton dipenuhi dari luar negeri. Australia dipilih sebagai negara pemasok lantaran memiliki populasi sapi yang cukup besar. Sepanjang 2011, nilai ekspornya mencapai US$ 4,44 miliar dan ditargetkan akan meningkat 1,6 persen pada 2012.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan undangan investasi kepada pengusaha peternakan Australia sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Namun pengusaha asal Negeri Kanguru itu menyambut dingin lantaran undangan ini dianggap tak memiliki prospek positif. Menurut dia, tantangan terbesar bagi Indonesia adalah penyediaan lahan yang memadai. \"Lahan yang tersedia masih harus diperebutkan untuk pengembangan sektor lain,\" ujarnya.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Teguh Boediyana meminta pemerintah menetapkan syarat khusus bagi investor Australia. “Siapa pun investornya, harus melibatkan peternak lokal dengan pola plasma agar ada transfer teknologi dan pengetahuan,” ujarnya.
ARYANI KRISTANTI | ROSALINA