Menurut Kepala Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih, pelemahan rupiah ini akan memberi tekanan inflasi pada kelompok makanan jadi dan kelompok utiliti.
Namun, Lana memperkirakan inflasi pada Juni masih akan rendah, bahkan bisa lebih rendah dibandingkan inflasi pada Mei yang tercatat naik 0,07 persen (month on month) dibandingkan April sebelumnya.
Tidak ada tekanan harga bahan makanan yang berarti kecuali pelemahan nilai tukar rupiah yang berdampak pada naiknya harga bahan baku yang diimpor, kata Lana dalam analisis mingguannya.
Menurut dia, harga komoditas dunia juga terus turun, sehingga pengaruh positif pelemahan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan dan bahan baku yang diimpor.
Dari survei ekspektasi inflasi 3 bulan yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada Maret, ujar Lana, masih menunjukkan tekanan kenaikan karena saat survei dilakukan masih ada wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun pada awal Juni , Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) justru mencanangkan program kebijakan hemat BBM bersubsidi dan implisit memutuskan tidak akan menaikkan harga BBM subsidi.
Apalagi turunnya harga minyak mentah saat ini tidak memberi alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, ujar dia.
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) per akhir Mei tercatat sebesar US$ 113,76 per barel atau 8 persen. Ini kurang dari 15 persen sebagai batas bawah kenaikan harga BBM bersubsidi, katanya.
Karena itu, Lana memperkirakan inflasi pada Juni akan berkisar antara 0,03 persen (month on month) sampai dengan 0,1 persen (month on month) atau 3,91 persen (year on year) sampai dengan 3,99 persen (year on year).
Sedangkan untuk inflasi inti kami perkirakan naik 0,2 persen (month on month) atau 4,01% (year on year).
Grace S Gandhi