TEMPO.CO, Jakarta - Hasil positif dari pertemuan pemimpin Uni Eropa di serta penjagaan Bank Indonesia membuat rupiah berhasil menjauh dari level 9.500 per dolar AS di akhir pekan ini.
Adanya kesepakatan para pemimpin Eropa untuk mengatasi masalah utang kawasan mampu memicu animo para investor kembali memburu aset – aset yang dianggap berisiko. Imbasnya, bursa dan mata uang Asia berhasil menguat mengantisipasi sentimen positif dari Eropa.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah menguat 61 poin (0,64 persen) menjadi 9.433 per dolar Amerika Serikat (AS). Menguatnya nilai tukar rupiah kali ini didukung oleh masuknya modal asing di bursa domestik yang mencapai Rp 604 miliar.
Mata uang bersama euro menguat 0,0136 poin (1,09 persen) menjadi US$ 1,2579, hingga pukul 17.00 WIB. Pound sterling juga menguat 0,0062 poin (0,40 persen) ke US$ 1,5581. Sehingga, indeks dolar terhadap enam mata uang utama dunia 0,761 poin (0,92 persen) ke level 82,037.
Treasury Research Bank BNI, Apressyanti Senthauri mengatakan, meski sebelumnya diwarnai pesimisme, pertemuan antar pemimpin Uni Eropa yang berlangsung Brussels, Belgia, ternyata membawa dampak positif bagi mata uang kawasan, termasuk rupiah. “Terutama kesepakatan mereka mengucurkan dana tambahan 10 miliar euro untuk menyelesaikan krisis utang di Benua Biru,” kata dia.
Selain itu, para pemimpin Eropa juga sepakat untuk mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja di Eropa senilai 110 miliar euro atau sekitar US$ 149 miliar.
Dari internal, penguatan rupiah ditopang oleh peran BI yang selama sepekan ini konsisten dalam menjaga rupiah di pasar uang. “Terlihat dari pergerakan rupiah pada kurs tengah BI yang cenderung menguat dan selalu bisa dikendalikan ketika mendekati 9.500.”
Meski demikian, dia mengingatkan, sentimen positif yang tercipta di akhir pekan bisa berubah drastis di pekan berikutnya. Masih banyak masalah keuangan di Eropa yang belum ditemukan solusinya. Permintaan imbal hasil obligasi Italia dan Spanyol yang melambung dan krisis utang yang mulai menjalar ke Siprus berpotensi menghadang laju rupiah di pekan depan.
PDAT | M. AZHAR