TEMPO.CO, Bogor -Bank Indonesia mengakui struktur perbankan di Indonesia masih belum optimal. Salah satu penyebabnya, bank-bank tak efisien dalam sistem ekspansi usaha melalui pembukaan kantor cabang.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah mengatakan, sampai sekarang otoritas perbankan belum mengatur mengenai efisiensi pembukaan kantor cabang bank. Bank pun memiliki kebebasan membuka cabang di daerah atau bahkan di luar negeri.
Tidak hanya membutuhkan tambahan biaya, biasanya bank mendirikan cabangnya di lokasi yang dinilai dapat menguntungkan. "Akibatnya, ada satu tempat di mana bank beramai-ramai masuk ke sana," ujar Halim dalam diskusi wartawan di Sentul, Bogor, Senin 25 Juni 2012.
Dia mencontohkan, pembukaan cabang bank di Mangga Dua, Jakarta, yang sudah sangat menumpuk. Karena penumpukan itu, semula yang diharapkan cabang bank dapat kembali modal atau break even point (BEP) dua sampai tiga tahun setelah pembukaan, ini malah molor menjadi enam tahun. "Sementara ini, kami masih membiarkannya," ujar dia.
Karena ini, kata Halim, biaya tenaga kerja dan biaya barang jasa mengambil porsi paling besar. Rasio beberapa biaya overhead perbankan itu di atas 1 persen. Sementara biaya lainnya masih di bawah 1 persen. Inilah membuat perbankan Indonesia berbeda dengan perbankan di negara lainnya.
Kondisi itu, kata Halim, memerlukan strategi khusus. Nantinya, Bank Indonesia akan mengaitkannya dengan sistem izin berjenjang (multiple license) yang masih digodok sampai saat ini. Dengan itu, penyebaran bank di setiap daerah di Indonesia semakin efisien dan merata.
Akibat kurang efisien, kata Halim, struktur perbankan di Indonesia masih sulit menyaingi perbankan lain di Asia. Untuk permodalan pun dinilai kurang merata. Ada bank yang memiliki modal hingga Rp 65 triliun, tetapi ada pula bank yang hanya memiliki modal sekitar Rp 135 miliar.
Dalam data Bank Indonesia, puluhan bank di Indonesia masih termasuk bank dengan modal di bawah Rp 500 miliar. Fakta ini menyebabkan struktur efisiensi perbankan di Indonesia sulit didorong.
Bank dengan aset terbesar di Indonesia, Bank Mandiri, saja sulit untuk menyaingi bank-bank di Singapura, Malaysia, dan Thailand. "Bank Mandiri ada di urutan sembilan. Sedangkan Bank Rakyat Indonesia berada di posisi 11, posisi 14 dan 15 ditempati Bank Central Asia dan Bank Negara Indonesia," jelasnya.
SUTJI DECILYA
Bisnis Terpopuler
Merpati Siap Laporkan Temuan Korupsi
Harga Karet Anjlok, Warga Jambi Menjerit
Kepemilikan Saham Bank Dibatasi 40 Persen
Apa Alasan Merpati Membeli Pesawat MA60
BP Migas : PGN Naikkan Harga Gas Terlalu Tinggi
CIMB Niaga Luncurkan Produk Pasar Uang Syariah
Harga Nikel Diprediksi Membaik Pada Kuartal II
Harga Gula Di Palangkaraya Tembus Rp16 Ribu per Kilogram