TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. percaya diri menghadapi aturan pembatasan saham mayoritas yang bakal diterapkan Bank Indonesia untuk perbankan dengan tingkat good corporate governance (GCG) dan kesehatan yang rendah. "Saat ini, peringkat kami dua. Artinya kami kuat," kata Direktur Utama PT Bank Ekonomi Raharja Tbk., Tony Turner, di Jakarta, Rabu, 6 Juni 2012.
Tony menjelaskan, banknya memiliki pertumbuhan yang baik. Laba pada kuartal pertama 2012 tercatat Rp 122,2 miliar atau naik 53 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan didorong, salah satunya, oleh laba penjualan aset yang diperoleh dari penyelesaian kredit bermasalah, yakni sebesar Rp 39,6 miliar. Adapun rasio kecukupan modal juga masih jauh di atas ketentuan BI, yakni 15,44 persen per 31 Desember 2011.
Tony menjelaskan, pihaknya belum berencana meminta suntikan modal dari pemegang saham, dalam hal ini HSBC, sebagai pemilik 98,94 persen saham Bank Ekonomi. "Kami akan lakukan suntikan modal jika diperlukan. Tapi sekarang rasio kecukupan modal kami masih tinggi, jadi sekarang belum diperlukan. Kami juga terus meraup untung sehingga punya sumber untuk memperkuat modal dengan kemampuan kami sendiri," ujarnya.
Meskipun laba tumbuh dan rasio kecukupan modal tinggi, Bank Ekonomi tercatat mengalami sejumlah penurunan. Pertama, marjin bunga bersih turun 3 persen atau Rp 6 miliar. Menurut Tony, penurunan terjadi karena turunnya tingkat suku bunga pinjaman di pasar. Aset tercatat turun 4 persen atau Rp 1,07 triliun, karena penurunan dalam efek-efek untuk tujuan investasi sebesar Rp 1,01 triliun.
Tony mengatakan, perusahaan akan patuh terhadap aturan yang berlaku di Indonesia. "Kami akan menghormati perubahan yang ada seperti kami juga menghormati regulasi di negara-negara lain," ucap dia.
MARTHA T.