TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian diminta memperjelas peta jalan mobil nasional. Peta ini diperlukan agar sasaran dan tujuan program ini tidak hanya mengandalkan teknologi usang. Mobil nasional diharapkan memiliki teknologi baru dan desain menarik sehingga bisa bersaing di pasar otomotif.
“Dimana posisi kita dalam mobil nasional? Ini belum clear,” kata anggota Komisi Perindustrian Dewan Perwakilan Rakyat, Daniel Tobing, saat menggelar rapat kerja dengan Menteri Perindustrian di Kompleks Parlemen Senayan, Senin, 28 Mei 2012.
Daniel membandingkan Indonesia dengan Jepang dan Korea Selatan yang memiliki komitmen tinggi untuk mengembangkan industri otomotif dengan kehadiran merek Toyota, Honda, atau Hyundai. Menurut dia, kedua negara ini serius menghadirkan tokoh-tokoh otomotif untuk pengembangan otomotif.
Pemerintah diminta mengajak sektor swasta untuk mengembangkan proyek mobil nasional. “Harus ada sektor swasta yang mau berkorban karena proyek ini mahal,” kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
Pendapat senada juga disampaikan oleh anggota Komisi Perindustrian dari Fraksi PKS, Refrizal. Menurut dia, proyek mobil nasional ini harus diperjelas. “Apakah mereknya mobil nasional, tetapi isinya impor atau keduanya produksi nasional,” katanya.
Refrizal meminta Kementerian Perindustrian serius menetapkan kriteria mobil nasional. Dia berharap, proyek mobil nasional tidak hanya sekadar euphoria. “Karena ini menyangkut nyawa,” ucapnya.
Ferrawi Romawi, anggota Fraksi Partai Demokrat, berharap teknologi yang dipakai dalam mobil nasional harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selain itu, pemerintah diminta memperhatikan desain mobil nasional agar bisa menarik minat konsumen. “Biar mobil nasional tidak memalukan,” ucapnya.
Selain memperhatikan mengenai desain dan teknologi, Ferrari juga mendorong agar pemerintah memperhatikan industri komponen. Menurut dia, dengan petumbuhan industri otomotif, pasar komponen dalam negeri juga akan tumbuh pesat. Namun, dia menilai industri dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan komponen otomotif. “Masih banyak komponen yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri,” ucapnya.
I WAYAN AGUS PURNOMO