TEMPO.CO, Bandung -Pelabuhan laut internasional Cilamaya di Karawang ditargetkan mulai beroperasi pada 2017. ”(Pada) 2014 awal persiapan konstruksi, 2014 akhir konstruksi, dan pada 2017 beroperasi,” kata Kepala Badan Perencanaan Daerah Jawa Barat Deny Juanda Puradimaja di Bandung, Senin, 21 Mei 2012.
Pemerintah pusat sedang menyiapkan dana dari APBN untuk pembebasan lahan. ”Lahan yang akan dibebaskan kira-kira 200 hektare di Cilamaya,” kata Deny. ”Akhir tahun ini, pemerintah daerah harus sudah menyampaikan laporan kesiapannya.”
Jadwal yang dipersiapkan untuk pembangunan pelabuhan itu, tahun ini masih di tahapan studi. Pada 2013 nanti dijadwalkan sudah mulai proses pelelangan untuk pem bangunan konstruksinya. ”Akhir 2012 mudah-mudaha sudah diputuskan (pemenangnya),” kata Deny.
Deny menuturkan, saat ini, konsultan pemerintah asal Jepang yakni JICA (Japan International Cooperation Agency tengah mempersiapkan studi soal pembangunan pelabuhan itu. Selain pelabuhan, juga tengah dipersiapkan akses jalan tol kilometer menuju pelabuhan itu.
Jalan tol itu akan dibangun melayang agar tidak menggangu hamparan sawah yang dilintasinya. Jalan tol itu akan dibangun sepanjang 34 kilometer dari pelabuhan itu dan tersambung dengan Jalan Tol Trans Jawa di daerah Cikarang, Bekasi.
Tak hanya jalan tol, saat ini tengah dipertimbangkan untuk menambahinya dengan akses jalan kereta api yang langsung terhubung dengan Pelabuhan Cilamaya. Pemerintah Jawa Barat menginginkan, kata Deny, rute kereta itu akan melintasi terminal peti kemas milik PT Kereta Api di Gedebage, Bandung.
Pelabuhan Cilamaya akan menjadi satu sistem dengan Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Hanya, kata Deny, Pelabuhan Cilamaya akan fokus untuk menyokong logistik industri.
Tak hanya pelabuhan laut itu, tahun ini JICA juga tengah menggarap sejumlah studi pembangunan infrastruktur lainnya di Jawa Barat. Di antaranya, penambahan lebar jalan tol Cipularang yang dinilai sudah tidak memadai dengan meningkatnya arus kendaraan Bandung-Jakarta, termasuk pembangunan kereta super cepat Bandung-Jakarta.
Khusus kereta super cepat itu, kata Deny, pemerintah Jawa Barat mengusulkan untuk memperpanjang rutenya hingga Bandara Kertajati, yang tengah dirintis pemerintah Jawa Barat. Usulan itu, kata dia, sudah masuk dalam berita acara Senior Meeting untuk Metropolitan Priority Area. ”Sekarang sedang didetilkan,” kata dia.
Deny mengatakan, pihaknya menginginkan, kereta super cepat yang tersambung dari Jakarta hingga Kertajati itu akan menjadi tulang punggung perlintasan logistik di Jawa Barat. Keberadaan kereta super cepat itu, akan memudahkan trasportasi logistik hingga Cirebon. ”Itu nantinya bisa menggandenga pusat-pusat ekonomi di Jawa yaitu Jakarta, Bandung, Cireobon, Semarang, Surabaya,” kata dia.
AHMAD FIKRI