TEMPO.CO, Jakarta - Blue Bird Group memastikan akan melenggang di lantai bursa (initial public offering – IPO) pada semester kedua tahun depan. “Kalau tahun ini terlalu cepat,” kata Presiden Direktur Blue Bird Group, Purnomo Prawiro, saat ditemui Tempo selepas pemberian dua mobil taksi Blue Bird ke Museum Transportasi TMII, Jakarta, Sabtu, 12 Mei 2012.
Menurut Purnomo, rencana pelepasan saham ke publik telah lama menjadi agenda perseroan. Namun hal itu baru bisa direalisasikan tahun depan. Selain ingin mendapatkan dana segar untuk ekspansi usaha, kata dia, aksi korporasi itu sekaligus membuka kran masyarakat memiliki saham perseroan. “Justru yang paling utama dari IPO ini adalah karyawan kami yang 30 ribu itu, mereka bisa memiliki saham perusahaan.”
Dalam rencana tersebut perseroan bakal melepas sekitar 20-30 persen saham ke publik. Namun ia enggan menyebutkan angka pasti berapa dana yang ditargetkan terkumpul, termasuk underwriter-nya. ”Nanti kami konsolidasikan semua. Sekarang belum bisa saya sebutkan. Kami rapikan semua jadi satu,” ujar dia.
Saat ini, menurut dia, kas perusahaan cukup stabil untuk melakukan ekspansi usaha. Hal ini karena dukungan modal yang cukup besar dari pihak perbankan. Tak kurang sebanyak lima perbankan swasta sejak lama menjadi mitra kerja perusahaan keluarga Djokosoetono itu. “Ada NISP, CIMB Niaga, Bukopin, BCA, ada sekitar 5 sampai 6 bank jadi mitra kami,” ujar dia.
Bahkan, untuk menjaga performa armada taksi di lapangan, tak kurang dari 4 ribu unit kendaraan diremajakan setiap tahunnya. Jumlah itu bisa bertambah hingga 5 ribu unit seiring dengan rencana ekspansi usaha. “Setiap tahun pembelian kendaraan kami bisa mencapai Rp 800 miliar, itu hanya untuk peremajaan dan pembelian kendaraan,” ia menuturkan.
Saat ini Blue Bird Group menjadi pemimpin pasar transportasi umum taksi di Indonesia. Sebanyak 30 ribu sopir profesional dan 21 ribu armada tersebar mulai dari Jakarta, Cilegon, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Lombok, hingga sejumlah wilayah di Kalimantan telah dimasuki perusahaan berusia 40 tahun ini.
JAYADI SUPRIADIN