TEMPO.CO, Jakarta -Data ekonomi Eropa yang mengecewakan pasar membuat dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan superioritasnya terhadap mata uang utama dunia. Imbasnya, dolar juga menguat terhadap rupiah dan mata uang regional lainnya. Rupiah pun tersungkur di atas 9.200 per dolar AS
Dalam transaksi di pasar uang hari ini nilai tukar rupiah melemah 15 poin (0,16 persen) ke level 9.204 per dolar AS. Menguatnya harga saham hingga memicu indeks ke level 4.200 tidak mampu menahan pelemahan mata uang lokal.
Pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures, Apelles R.T. Kawengian, menuturkan dolar yang kembali digdaya terhadap mata uang utama memaksa rupiah harus kembali berada di atas level 9.200 per dolar AS. Terdepresiasinya euro 0,73 persen ke US$ 1,3139, pound sterling melemah 0,27 persen menjadi US$ 1,6178, serta yen Jepang juga melemah 0,29 persen ke 80,32 per dolar AS membuat tekanan rupiah meningkat.
Indeks manufaktur Eropa di bulan April kemarin yang kembali turun ke level 45,9, level terendah dalam 34 bulan terakhir dan juga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya di 47,7, membuat dolar AS superior. Sebab indeks aktivitas pabrik di bawah level 50 mengindikasikan bahwa kawasan Eropa mengalami kontraksi.
Bank sentral Australia (RBA) sebesar 50 basis point (bps) menjadi 3,75 persen, melebihi perkiraan analis sebelumnya hanya 25 bps membuat dolar AS terapresiasi terhadap dolar Australia. “Dampaknya, dolar AS juga menguat terhadap mata uang utama dunia,” tuturnya.
Dalam beberapa pekan terakhir rupiah bergerak terbatas antara 9.150 hingga 9.200 per dolar AS. Ekspektasi inflasi domestik akan cenderung meningkat dan adanya kembali munculnya ketidakpastian masalah utang serta kontraksi di Spanyol membebani pergerakan rupiah.
VIVA B. KUSNANDAR