TEMPO.CO , Jakarta:– Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menyambut positif pembelian saham PT Garuda Indonesia Tbk oleh pemilik kelompok usaha Trans Corp Chairul Tanjung. “Dia tipe pengusaha serius,” kata Menteri Dahlan ketika dihubungi Tempo, Ahad 29 April 2012.
Menurut ia, Chairul Tanjung membeli saham kerena memang ingin perusahaan penerbangan plat merah itu berkembang. Chairul Tanjung bukan tipe pebinis yang menggunakan metode hit and run atau membeli dan menjual saham dalam waktu singkat.
Hit and run biasanya digunakan oleh trader dalam kondisi bursa yang kurang bagus. Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan koreksi harga saham dan segera menjualnya kembali meskipun hanya naik tipis. Bos media itu dirasa Dahlan tidak akan menjual lagi saham Garuda ketika harganya naik.
“Dia bukan pemain yang sekedar mengejar gain,” tuturnya. Dahlan yakin Chairul Tanjung bukan pemain saham yang mudah 'lari-lari' atau kejar keuntungan sesaat. “Chairul membeli dengan tujuan untuk investasi jangka panjang.”
Sebelumnya, bos Trans Corp ini membeli saham Garuda Indonesia dari tiga penjamin emisi, yakni PT Bahana Securities, PT Danaraksa Securities dan Mandiri Sekuritas. Pembelian dilakukan melalui anak perusahaan Trans Corp yaitu Trans Airways dengan harga saham Rp 620 per lembar. Saham yang dibeli 2.321 miliar lembar saham atau senilai Rp 1.439 triliun.
Pada penawaran saham perdana Garuda, 11 Februari 2012 lalu, BUMN ini melepas 6,35 miliar lembar atau 26.67 persen. Harga yang ditawarkan saat itu senilai Rp 750 per lembar. Namun harga tersebut terus turun hingga pernah mencapai level terendah Rp 390 per saham.
Sementara itu Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S. Ervan mengatakan Trans Airways belum terdaftar di Kemenhub. “Belum mempunyai Surat Ijin Angkutan Udara,” katanya ketika dihubungi Tempo, Ahad.
Menurut ia, perusahaan swasta itu belum terdaftar di Kemenhub, baik sebagai perusahaan penerbangan atau maskapai yang bergerak di jasa penyewaan maupun angkutan atau kargo. Anak perusahaan Trans Corp ini juga belum mempunyai ijin rute.
Sebelumnya, analisis PT Batavia Prosperindo Sekuritas, Julio Parningotan menduga, pembelian saham Garuda merupakan upaya untuk mensinergikan Garuda dengan perusahaan yang dimiliki Chairul Tanjung itu. Pertimbangan Chairul, perkiraan Julio, karena Garuda telah berpengalaman di sektor penerbangan.
Bambang mengatakan, wajar jika Trans Airways membeli saham Garuda karena memang telah melantai di bursa. Namun perihal kerjasama antara dua maskapi, dia belum bisa memprediksi. “Strategi ke depan yang tahu Trans Airways,” tutur Bambang. Jika bekerjsama untuk sinergi yang berkaitan dengan penerbangan , itu tidak dibolehkan karena belum mempunyai ijin terbang.
Hingga saat ini, Chairul Tanjung belum bisa dihubungi untuk konfirmasi mengenai rencana ke depan antara Garuda dengan Trans Airways. Sebaliknya, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Emirsyah Satar belum mengetahui rencana ke depan antara perusahaan plat merah dan swasta itu.
Emir mengatakan, dirinya bahkan belum tahu bidang usaha Trans airways. “Saya cuma tahu itu punyanya pak Chairul Tanjung,” kata Dirut yang baru terpilih lagi ini ketika dihubungi, Ahad.
Sebelumnya, Chairul Tanjung membeli saham garuda Indonesia dari tiga penjamin emisi, yakni PT Bahana Securities, PT Danaraksa Securities dan Mandiri Sekuritas. Pembelian dilakukan melalui anak perusahaan Trans Corp yaitu Trans Airways dengan harga saham Rp 620 per lembar. Saham yang dibeli 2.321 miliar lembar saham atau senilai Rp 1.439 triliun. Pada penawaran saham perdana Garuda, 11 Februari 2012 lalu, BUMN ini melepas 6,35 miliar lembar atau 26.67 persen. Harga yang ditawarkan saat itu senilai Rp 750 per lembar. Namun harga tersebut terus turun hingga pernah mencapai level terendah Rp 390 per saham.
SUNDARI