TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), Fahmi Harsandono, mengungkapkan tertundanya realisasi pengendalian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bisa mengakibatnya alokasi BBM yang tersedia untuk masyarakat selama sembilan bulan ke depan semakin tipis. "Sekarang tinggal sekitar 3,2 juta kiloliter per bulan," kata Fahmi ketika dihubungi Tempo, Rabu 25 April 2012.
Jika dibandingkan dengan realisasi konsumsi selama tiga bulan terakhir, jatah tersebut memang kurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tiap bulannya. Berdasarkan data, konsumsi BBM subsidi pada Januari mencapai 3,53 juta kiloliter, Februari mencapai 3,4 juta kiloliter, dan Maret sebanyak 3,7 juta kiloliter.
Totalnya sebanyak 10, 7 juta kiloliter dengan pemerincian konsumsi untuk Premium 6,7 juta kiloliter, kerosin 0,314 juta kiloliter, dan solar 3,7 juta kiloliter. "Secara rata-rata sudah melebihi kuota sebanyak 15,5 persen," ujarnya.
Angka alokasi tersebut didapat dari hasil pengurangan kuota yang diberikan pemerintah yang sebanyak 40 juta kiloliter dengan konsumsi selama kuartal pertama sebesar 10,7 juta kiloliter. Sisa sebanyak 29,3 juta kiloliter itulah yang dibagi secara rata untuk konsumsi selama 9 bulan.
BPH Migas dan Pertamina akan tegas menjaga kuota dengan mengandalkan sistem pengawasan. Sebab, jika kuota tidak dijaga diperkirakan BBM subsidi akan habis pada Oktober tahun ini. Sementara itu, jika tidak dikendalikan konsumsi juga diprediksi akan melonjak mencapai 44 juta kiloliter pada tahun ini.
Dampak pengetatan alokasi ini ini memang akan menimbulkan kelangkaan BBM subsidi di masyarakat. "Secara logika, di mana-mana barang subsidi memang sulit untuk mendapatkannya."
Karena itu ia menganjurkan agar masyarakat yang termasuk mampu untuk tidak menggunakan BBM subsidi agar BBM tetap bisa dinikmati oleh masyarakat yang berhak. Langkah penghematan nantinya tidak hanya diserahkan pada pemerintah pusat. Tapi pemerintah daerah juga diajak untuk memantau konsumsi di daerahnya agar tidak diselewengkan.
GUSTIDHA BUDIARTIE