TEMPO.CO, Memhis - Maskapai penerbangan perintis Amerika Serikat, Pinnacle Airlines Corp, mengajukan perlindungan kebangkrutan di pengadilan niaga setelah kinerja keuangannya anjlok beberapa tahun terakhir. Ketatnya persaingan bisnis dan tingginya harga bahan bakar membuat pendapatan mereka terpangkas.
Dalam berkas pengajuan kepailitannya, manajemen Pinnacle mengatakan mereka telah berupaya mengatasi masalahnya melalui pemotongan biaya, pengurangan tenaga kerja, restrukturisasi trayek, serta memperbarui perjanjian utang-piutang. Hal yang sama, menurut mereka, dilakukan maskapai penerbangan yang lebih besar sehingga skala bisnis yang dilakukan maskapai kecil tidak kompetitif.
"Maskapai kecil akhirnya dipaksa menerima konsekuensi penetapan harga tiket yang terlalu rendah sehingga pendapatannya berkurang," demikian pernyataan Pinnacle seperti dikutip Reuters, Senin, 2 April 2012.
Di Pengadilan Kepailitan New York, Pinnacle mencatatkan aset dan estimasi utang senilai US$ 1 miliar. Mereka juga menerima komitmen pinjaman US$ 74.3 juta dari Delta Air Lines.
Pinnacle merupakan maskapai yang biasa melayani rute-rute perintis serta mengoperasikan jalur sekunder yang dilayani maskapai besar. Salah satu maskapai besar yang menggunakan jasa Pinnacle sebagai penghubung ialah Delta Airlines dan United Airlines.
Bangkrutnya Pinnacle menambah panjang daftar kematian maskapai penerbangan Amerika Serikat dua tahun terakhir. Pada 2011, Amerika Continental Holdings Inc, United Airlines serta Delta Air Lines Inc mengajukan perlindungan kepailitan Chapter 11 di beberapa pengadilan niaga. Bahkan AMR Corp, induk usaha American Airlines, telah resmi pailit akhir tahun lalu.
FERY FIRMANSYAH