TEMPO.CO, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat terhadap mata uang utama dunia setelah Cina menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) serta BHP Biliton Ltd mengatakan bahwa produksi baja Negeri Tirai Bambu turun.
Munculnya kembali kekhawatiran pelambatan ekonomi Cina yang merupakan lokomotif pertumbuhan dunia saat ini membuat para pelaku pasar kembali merasa nyaman untuk memegang dolar AS sebagai safe haven.
Yen Jepang melemah 0,35 persen menjadi 83,64 per dolar AS, euro 0,23 persen ke US$ 1,32209, serta poundsterling juga terdepresiasin 0,22 persen menjadi US$ 1,5859. Dan indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya kembali naik 0,222 poin ke level 79,697.
Dengan terapresiasinya dolar AS membuat rupiah dan mata uang Asia lainnya melemah terkena imbasnya. Sehingga di transaksi pasar uang hari ini, nilai tukar rupiah ditutup kembali melemah 32 poin (0,35 persen) ke level 9.160 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dari PT Pacific 200 Futures, Abidan Saragih mengatakan, setelah mengalami aksi ambil untun di akhir pekan lalu, dolar kembali melanjutkan kejayaannya terhadap rival utamanya maupun mata uang Asia, tidak terkecuali terhadap rupiah.
Kenaikan BBM 1 April mendatang akan menjadi ganjalan bagi rupiah untuk kembali menguat. “Ancaman inflasi tinggi dampak dari kenaikan harga membuat para pelaku pasar tetap memegang dolar AS sehingga rupiah kembali melemah,” tuturnya.
Semua mata uang regional melemah hari ini. Dolar Singapura terkoreksi 0,62 persen, won Korea Selatan turun 0,24 persen, peso Philipina 0,24 persen, ringgit Malaysia 0,65 persen, serta bath Thailand juga terdepresiasi 0,21 persen.
VIVA B. KUSNANDAR