TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Center for Strategic and International Studies Foundation (CSIS) Haryo Aswicahyono, mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan memancing terjadinya inflasi.
"Dengan asumsi harga BBM naik Rp1.500 per liter, inflasi akan meningkat 1 hingga 2,15 persen," katanya, Senin 19 Maret 2012.
Akibat inflasi itu, kata Haryo, tingkat kemiskinan juga akan meningkat sebesar satu hingga dua persen. "Atau 3,5 sampai 5 juta jiwa masyarakat terimbas inflasi ini," ujarnya dalam diskusi "Pengurangan Subsidi BBM: Dampak dan Mitigasi Masalah".
Namun, kata dia, kenaikan inflasi itu tidak akan lama. Selama kenaikan BBM tidak terlalu besar, kenaikan inflasi diperkirakan hanya dua hingga tiga bulan saja.
Dia juga mengatakan, kenaikan harga BBM tak terlalu berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Kalau pun berdampak, penurunan pertumbuhan itu bisanya relatif terbatas dan pemulihan pertumbuhan akan terjadi paling lama dua triwulan.
Kenaikan harga BBM pun dinilai tidak terlalu berdampak pada peningkatan pengangguran dan tingkat kemiskinan. Pasalnya, dua hal itu lebih dipengaruhi oleh iklim usaha dan tingkat kerentanan pasar kerja.
"Kecuali jika kenaikan harga BBM sangat besar," katanya.
NUR ALFIYAH