TEMPO.CO, Jakarta - Terapresiasinya mata uang Asia serta adanya intervensi bank sentral mampu memicu penguatan rupiah hingga menembus level 9.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Membaiknya sentimen global dan menguatnya euro membuat tekanan dolar AS terhadap rupiah juga mengendur.
Di pasar uang hari ini, Rabu, 15 Februari 2012, rupiah ditutup menguat cukup signifikan 91 poin (1 persen) menjadi 8.956 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto mengemukakan penguatan mata uang Asia mampu dimanfaatkan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mendorong apresiasi rupiah. BI merasa bahwa saat inilah waktu yang tepat untuk menggiring rupiah berada di bawah level 9.000 per dolar AS. Sebelumnya rupiah mengalami tekanan setelah penurunan BI Rate pekan lalu.
Kondisi global yang membaik dan bursa saham regional yang menguat membuat mata uang Asia, termasuk rupiah, berhasil terapresiasi. Adanya harapan bahwa Yunani akan melaksanakan pengetatan belanja anggaran dan reformasi lainnya seperti yang dituntut oleh Uni Eropa memberikan optimisme bagi investor kembali memburu aset–aset dalam mata uang yang berimbal hasil tinggi.
Adanya pernyataan bahwa Cina akan membantu mengatasi krisis utang di Eropa juga memberikan sentimen positif di pasar finansial. “Sebab negeri Tirai Bambu dianggap bisa membantu Eropa serta menjadi penggerak ekonomi dunia saat ini, di saat ekonomi Amerika belum bisa bangkit,” tuturnya.
Dolar Singapura sore ini ditutup menguat 0,4 persen ke posisi 1,2584 per dolar AS, won Korea Selatan terapresiasi 0,2 persen menjadi 1.121,4, peso Filipina menguat 0,02 persen ke 42,665. Lalu ringgit Malaysia naik 0,33 persen menjadi 3,0353, baht Thailand terapresiasi 0,19 persen ke posisi 30,78, serta rupee India juga menguat 0,14 persen menjadi 49,2981 per dolar AS.
Euro menguat 0,18 persen ke US$ 1,3158, poundsterling terapresiasi 0,04 persen menjadi US$ 1,5697, sedangkan yen Jepang melemah 0,09 persen menjadi 78,5055 per dolar AS. Dengan begitu indeks dolar AS terhadap mata uang utama turun 0,314 poin (0,39 persen) ke level 79,266.
VIVA B. KUSNANDAR