TEMPO.CO, Jakarta - Keinginan yang kuat dari Bank Indonesia (BI) menjaga mata uangnya membuat rupiah berhasil menguat di bawah level 8.900 per dolar Amerika Serikat untuk pertama kalinya sejak 10 November 2011. Walhasil, pada transaksi pasar uang hari ini, Rabu, 25 Januari 2012, rupiah berhasil ditutup menguat 82 poin (0,91 persen) ke level 8.888 per dolar AS.
Kepala Riset Treasury Bank BNI Nurul Eti Nurbaeti mengungkapkan adanya rencana lelang Surat Utang Negara hari Kamis besok dengan target indikasi Rp 7 triliun serta menguatnya mata uang Asia mampu dimanfaatkan oleh rupiah untuk menguat ke level 8.800 per dolar AS.
Kondisi Eropa yang agak kondusif dan mata uang euro kembali pulih di atas US$ 1,30, membaiknya data ekonomi Eropa maupun Amerika membuat rasa percaya diri pelaku pasar memegang rupiah kembali mencuat dan mampu memicu apresiasi rupiah.
Peluang rupiah untuk menguat memang masih sangat terbuka setelah suku bunga BI Rate bertahan di level 6 persen dan lembaga rating Moody’s juga menaikkan peringkat Indonesia ke level layak investasi mengikuti langkah Fitch bulan lalu. “Diharapkan Standard & Poor’s akan segera mengikuti jejak dua lembaga rating sebelumnya yang telah memasukkan Indonesia ke level investment grade,” tuturnya.
Sebenarnya permintaan dolar AS di pasar masih cukup tinggi, namun bisa dipenuhi oleh BI sehingga rupiah mampu menunjukkan keperkasaannya terhadap dolar AS. Bank sentral yang ingin menjaga inflasi dengan menguatkan mata uangnya ternyata berhasil meredam inflasi sepanjang tahun 2011 lalu. “Ada kemungkinan kebijakan ini kembali ditempuh untuk meredam ancaman inflasi akan dibatasinya konsumsi bahan bakar bersubsidi,” ucapnya.
Sebagian mata uang Asia sore ini ditutup menguat. Ringgit Malaysia menguat 0,28 persen menjadi 3.078 per dolar AS, peso Filipina menguat 0,03 persen ke posisi 43,15, serta won Korea Selatan juga terapresiasi 0,19 persen menjadi 1.125,95.
VIVA B. KUSNANDAR