TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa meminta agar dalam rencana konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) sudah mulai dicicil saat ini sebelum diterapkan April mendatang.
"Saya mendorong agar kendaraan umum bisa mulai menggunakan BBG ini tanpa harus menunggu sampai April,” kata Hatta usai menghadiri Milad ke-51 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Ahad 22 Januari 2012.
Hal itu dimaksudkan agar dalam rencana konversi sudah mulai ada tahapan-tahapan yang dilakukan, sehingga bisa lebih cepat dan merata pelaksanaannya. Untuk mendukung langkah percepatan tersebut, kata Hatta, pihaknya sudah menyediakan alat converter kit secara cuma-cuma sebanyak 500 ribu unit tahun ini. “Harus bertahap karena semua tidak bisa langsung diterapkan. Mencontoh seperti konversi minyak tanah ke elpiji," kata dia.
Selain dengan menyediakan converter kit itu, upaya lain untuk percepatan tahapan konversi dilakukan juga lewat pembangunan Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas (SPBG). Untuk mempercepat distribusi gas itu pihaknya menggandeng Pertamina untuk mulai mendistribusikan melalui mobil tangki ke beberapa wilayah Indonesia.
Meski ada upaya percepatan, Hatta menuturkan bahwa rencana konversi BBM ke BBG mulai 1 April nanti kemungkinan masih akan mundur. Pasalnya, sejumlah opsi yang ditawarkan pemerintah untuk masyarakat belum sepenuhya diterima. "Kami tidak ingin membuat kebijakan 1 April tidak boleh semuanya, opsinya belum cukup. Kami masih kaji, opsi-opsi lain dimungkinkan masih bisa muncul terkait dengan persoalan itu,” kata politikus dari PAN ini.
Pemerintah menurutnya tetap akan memperhatikan opsi yang tidak memberatkan masyarakat ketika dilakukan konversi BBG. Meski undang-undang mengatur semua kendaraan pelat hitam tidak menggunakan premium, menurutnya itu masih sulit jika diterapkan pada semuanya. “Undang-undangnya juga perlu dibahas bersama lagi oleh Dewan agar semua enak tahapannya,” kata dia.
Hatta berharap tidak terjadi gejolak saat proses konversi mengingat harga BBG lebih murah ketimbang BBM. Dikatakannya, Indonesia harus mulai mengurangi ketergantungan pada BBM karena produksi semakin menyusut dan kian mahal. Sementara potensi gas dan batubara Indonesia sendiri masih melimpah untuk digunakan.
PRIBADI WICAKSONO