TEMPO.CO, Jakarta - Bank Syariah Mandiri (BSM) mendapat suntikan modal sebesar Rp 300 miliar dari induk usahanya, Bank Mandiri. Sebelumnya, pada tanggal 16 Desember 2011, BSM juga telah menerbitkan subnotes senilai Rp 500 miliar. Seluruh dana itu untuk mendukung ekspansi bisnis
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Pahala N. Mansury mengatakan penambahan modal tersebut diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan BSM sebagai salah satu pilar utama perusahaan anak perseroan.
”Langkah ini juga merupakan bagian dari strategi pertumbuhan anak perusahaan yang memiliki nilai strategis guna mendukung pengembangan core-business Bank Mandiri dalam penyediaan layanan perbankan ritel dengan segmen pasar yang berbasis syariah,” kata Pahala N. Mansury melalui keterangannya, Kamis, 29 Desember 2011.
Secara resmi penambahan penyertaan modal kepada BSM dilakukan pada hari ini. Penambahan setoran modal ini merupakan bagian dalam rencana bisnis bank (RBB) revisi tahun 2011-2013 yang dilakukan secara tunai.
Dengan penambahan penyertaan tersebut, kepemilikan Bank Mandiri pada BSM meningkat dari 171,65 juta lembar saham menjadi 231.648.712 saham dengan nilai nominal Rp 5.000,00 per lembar saham.
Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri Sunarso mengemukakan bahwa tambahan modal ini akan memberi ruang yang lebih luas bagi BSM untuk bergerak pada tahun 2012. Pasalnya, melalui penambahan sebesar Rp 300 miliar, modal disetor BSM menjadi Rp 1,16 triliun, naik dari sebelumnya Rp 858,24 miliar.
Tambahan modal dari Bank Mandiri juga akan meningkatkan ekuitas BSM menjadi Rp 3,09 triliun, naik dibanding posisi semula sekitar Rp 2,73 triliun. “Kami harapkan, dengan penambahan modal, kontribusi BSM sebagai anak perusahaan akan lebih meningkat pada masa mendatang,” ujar Sunarso.
Sementara itu Direktur Utama BSM Yuslam Fauzi menjelaskan BSM akan menggunakan dana tersebut untuk ekspansi perusahaan pada tahun 2012 dan tahun-tahun berikutnya. Menurut dia, masuknya dana segar bulan ini sebesar Rp 800 miliar dalam bentuk setoran modal dan subnotes akan meningkatkan capital adequacy ratio (CAR) BSM menjadi 14,38 persen.
Hingga November 2011, posisi aset BSM (unaudited) sebesar Rp 45,17 triliun, dana pihak ketiga (DPK) Rp 40,26 triliun, dan pembiayaan Rp 36,06 triliun. Komposisi pembiayaan BSM terdiri atas 72,95 persen non-korporasi dan 27,05 persen korporasi. Per September 2011, BSM menguasai sekitar 35 persen pangsa pasar aset dan 40 persen pangsa pasar DPK industri perbankan syariah di Indonesia. Adapun total nasabah BSM per November 2011 mencapai 3,01 juta.
Total outlet BSM per 28 Desember 2011 adalah 637, terdiri atas 125 kantor cabang (KC), 400 kantor cabang pembantu (KCP), 37 kantor kas (KK), 17 konter layanan syariah (KLS), dan 58 payment point (PP).
Atas kinerja maupun prospek BSM dan didukung oleh komitmen Bank Mandiri tersebut, pada 12 Desember 2011, Fitch Ratings meningkatkan rating jangka panjang BSM, yang semula AA (idn) menjadi AA+ (idn). Kinerja BSM sepanjang tahun 2011 pun mendapat pengakuan dari berbagai institusi di dalam maupun luar negeri, seperti The Best Islamic Bank dari AsiaMoney dan The Asset.
AGUS SUPRIYANTO