TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menilai pemerintah harus mengantisipasi dampak buruk dari Free Trade Agreement yang diteken pemerintah dengan banyak negara. Dampak buruk tersebut adalah pasar domestik dibanjiri oleh produk luar negeri.
"Tahun depan permintaan luar negeri rendah, sedangkan pasar domestik kita tinggi. Kita pasar bagi dunia," kata dia di Jakarta, Rabu 23 November 2011. Untuk itu, kata dia, potensi domestik yang tinggi harus bisa dimanfaatkan industri dalam negeri.
Namun faktanya, kata dia, justru antarinstansi pemerintah justru menciptakan hambatan terhadap pergerakan barang di dalam negeri. "Ada trade barrier di antara kita sendiri," ujarnya. Salah satu bentuk hambatan yang diciptakan oleh pemerintah sendiri adalah retribusi pemerintah daerah. "Pergerakan barang membutuhkan biaya yang tinggi," katanya.
Akibat situasi seperti ini, kata Anny, sangat wajar banyak produk Cina membanjiri pasar domestik. "Mungkin karena pengiriman barang dari luar negeri ke Indonesia lebih cepat," ujarnya.
Meski perdagangan bebas merugikan, pemerintah belum berniat meninjau ulang perjanjian tersebut. Justru, kata Anny, hal itu sebagai tantangan bagi masyarakat Indonesia. "Kita ini sudah menjadi rujukan dari beberapa negara dalam pembangunan ekonomi," katanya.
Anny mengatakan industri dalam negeri harus merebut pasar domestik yang bakal terus meningkat. Pemerintah juga akan terus menjaga daya beli masyarakat karena konsumsi domestik merupakan tumpuan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Harapan terhadap konsumsi domestik menguat karena perlambatan ekonomi dunia menurunkan ekspor Indonesia.
AKBAR TRI KURNIAWAN