TEMPO Interaktif, Banyuwangi - Rencana pembangunan pabrik gula di Kabupaten Banyuwangi dipastikan gagal karena terbentur keterbatasan lahan. Apabila pembangunan pabrik itu dipaksakan, justru dikhawatirkan bisa menghambat produksi beras nasional.
Kesulitan mendirikan pabrik gula itu disampaikan oleh Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Banyuwangi, Tatok Sugiono. "Kesimpulan ini hasil kordinasi Pemerintah Banyuwangi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur," kata Totok Sugiono di Banyuwangi, Kamis, 17 November 2001. Kemungkinan besar, kata dia, pabrik gula akan dialihkan ke daerah-daerah kering, seperti di Madura.
Sebelumnya, Konsorsium Industri Gula Terpadu (IGT) berencana mendirikan pabrik gula di Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, dengan nilai investasi Rp 1,5 triliun. Untuk pembangunan pabrik dan tanaman tebu, konsorsium membutuhkan lahan seluas 7.300 hektare.
Ketersediaan lahan inilah yang menjadi hambatan. Menurut Tatok, sebelumnya konsorsium akan memakai lahan hutan milik Perhutani. Namun, konsorsium tidak memperoleh izin karena pola tanam antara tanaman hutan dan tebu berbeda. "Tebu kan tanaman musiman, sementara pohon hutan itu tahunan," kata dia.
Setelah itu, konsorsium berencana menggunakan lahan milik PTPN XII. Namun, akhirnya gagal juga karena PTPN mematok harga sewa lahan yang dinilai terlalu mahal, yakni Rp 10 juta per hektar. Selain hutan dan perkebunan, Kecamatan Glenmore sendiri merupakan penghasil padi.
Tatok menambahkan, Pemerintah Banyuwangi hingga saat ini belum bertemu pihak investor untuk membicarakan kebijakan dari Pemerintah Jatim tersebut. "Kita masih menunggu surat resmi dari Pemprov," katanya.
Kordinator LSM Islamic Center for Democracy and Human Rights Empowerment (Ichdre) Banyuwangi, Edhi Sujiman mengatakan, mendukung kebijakan Pemprov Jatim untuk melarang pendirian pabrik gula di Banyuwangi.
Menurut dia, pabrik gula akan mengubah budaya masyarakat setempat yang bercorak petani padi. Selain itu, kawasan hutan di Glenmore menjadi kawasan penangkap air yang tidak dapat digantikan oleh tanaman tebu. "Industri gula lebih tepat bila berada di daerah kering," katanya.
IKA NINGTYAS