TEMPO Interaktif, Jakarta - Mencuatnya kembali kecemasan para pelaku pasar bahwa Italia juga akan membutuhkan dana talangan seperti Yunani membuat euro melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Imbasnya, pekan ini rupiah sempat melemah hingga di atas level 9.000 per dolar AS.
Kecemasan pasar terhadap kemampuan Italia membayar utang dan desakan mundur atas Perdana Menteri Berlusconi membuat para investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi, seiring meningkatnya risiko politik. Walhasil, yield surat utang Italia melonjak hingga di atas 7 persen.
Pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures, Apelles R.T. Kawengian, mengemukakan, meredanya kekhawatiran masalah krisis utang serta politik di Yunani dan Italia mampu dimanfaatkan rupiah untuk menguat akhir pekan lalu. “Namun masalah utang kawasan Uni Eropa yang begitu besar belum berakhir,” tuturnya.
Nilai tukar rupiah Jumat lalu ditutup pada level 8.960 per dolar AS, atau melemah tipis 22 poin (0,25 persen) dari posisi pekan sebelumnya 8.938 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat melemah hingga ke level 8.940 per dolar AS.
Diturunkannya suku bunga patokan BI Rate sebesar 50 basis point menjadi 6 persen oleh Bank Indonesia pekan lalu juga turut menekan rupiah. Pasar sempat syok karena turun cukup besar 50 basis point, melebihi perkiraan para analis.
Pekan ini rupiah diprediksi akan bergerak dalam kisaran 8.900 hingga 9.000 per dolar AS dengan kecenderungan menguat. “Namun ancaman serangan Israel ke Iran bisa memanaskan kembali kawasan Timur Tengah sehingga bisa memicu apresiasi dolar AS dan kembali menekan rupiah,” kata Apelles.
VIVA B KUSNANDAR