TEMPO Interaktif, San Fransisco - Demonstrasi "Occupy Wall Street" yang melanda New York dan 82 kota besar lain di dunia kini jadi celah bisnis baru. Slogan anti-kapitalisme jadi jualan utama desainer produk-produk suvenir. Namun siapa sangka, kini muncul sengketa seru memperebutkan paten atas kalimat protes itu.
Memorabilia demonstrasi "Occupy Wall Street" pertama kali muncul pada gelombang protes perdana 17 September lalu. Saat itu, penggarapan suvenir ini tak serius dan tak tebersit niatan untuk memperdagangkannya. Kalimat-kalimat protes dicetak seadanya pada kaus bekas atau kaus murahan. Meski begitu, para demonstran bangga mengenakannya saat berbaris di jalan-jalan kawasan Manhattan.
Baca Juga:
Awal bulan ini, memorabilia "Occupy Wall Street" menjamur di mana-mana. Tak cuma kaus, tulisan bernada protes itu menghiasi mug kopi dan barang-barang lainnya.
Selain kalimat, beberapa kaus memajang gambar peta kota-kota di Amerika dan dunia yang telah 'tertular' aksi ini. Selain dijual di jalanan dan kamp demonstrasi, barang-barang itu juga ditawarkan di situs belanja daring. Harganya paling mahal belasan dolar.
Seperti yang dilakukan Ray Agrinzone, seorang desainer pakaian di New York. Ia meluncurkan situs theoccupystore.com awal bulan ini yang menawarkan kaus, sweater bertudung, bahkan sertifikat hadiah.
Tapi kini tak cuma berdagang, para pengusaha juga berusaha merebut hak paten atas suvenir plus kalimat yang tercantum di atasnya.
Kantor berita Associated Press mengabarkan, dalam beberapa pekan terakhir, kantor lembaga paten Amerika Serikat telah menerima ratusan permohonan para pengusaha.
Dibantu pengacara, mereka berusaha untuk memenangkan hak komersial eksklusif untuk kalimat-kalimat demonstrasi, seperti "We Are The 99" (kami adalah 99 persen), "Occupy" (duduki), dan "Occupy DC In 2012" (duduki Washington DC tahun 2012).
Salah satunya pengusaha Robert dan Diane Maresca, yang membayar US$ 975 untuk hak paten kalimat protes yang akan dicetak dalam beragam produk.
Melihat gelagat ini, para demonstran tak tinggal diam. Mereka pun mengajukan paten atas kalimat protes, namun untuk tujuan berbeda. Wylie Stecklow, pengacara yang mewakili demonstran, mengatakan, pengajuan paten dilakukan demi mencegah adanya aksi ambil untung dari gerakan sosial ini.
Adalah sesuatu yang ironis, kata Stecklow, di mana aksi menentang kapitalisme justru dimanfaatkan segelintir kapitalis. "Saya ingin memastikan bahwa ini tidak dikooptasi untuk tujuan komersial," kata dia. Namun para demonstran mengizinkan jika merek dagang ini digunakan untuk tujuan non-komersial.
Kini, mereka pun saling salip, adu cepat mengajukan permohonan paten. Saat Stecklow dan demonstran mengajukan aplikasi paten "Occupy Wall Street" di New York, seorang pengusaha bernama Vince Ferraro juga memohon hak yang sama di Long Island. Pengadilan pun puyeng untuk memutuskan siapa pemenangnya karena aturan paten yang ambigu.
Kuasa kantor paten Amerika, Cynthia Lynch, mengatakan pihaknya akan memberi prioritas kepada aplikasi pertama yang diterima. Namun dia juga membuka kemungkinan pemenang baru jika terbukti siapa yang pertama kali menggunakan kalimat itu secara luas.
FERY FIRMANSYAH